Aburage
Aburage (油揚げ abura-age) adalah bahan makanan Jepang berupa lembaran tahu berbentuk tipis yang digoreng dengan minyak goreng sehingga berwarna kuning keemasan.
Aburage mudah menyerap kaldu sehingga digunakan untuk berbagai macam masakan sup atau untuk membungkus bahan makanan lain. Aburage juga dikenal dengan nama lain seperti Usu-age atau Inari-age.
Pada umumnya Aburage dibuat oleh pabrik tahu atau tukang tahu. Tahu dipotong tipis-tipis dan lebar lalu digoreng sebanyak dua kali, pertama kali dengan minyak bersuhu rendah sekitar 110℃ sampai 120℃ kemudian dipindahkan ke dalam minyak bersuhu tinggi sekitar 180℃ sampai 200℃.
Makanan Jepang yang menggunakan Aburage
- Sup miso
- Inarizushi sebagai pembungkus nasi
- Kitsune Udon
- Berbagai macam Nimono
- Oden sebagai pembungkus moci
- Takikomigohan (nasi yang ditanak bersama daging dan sayuran)
Bentō (masakan)
Bentō (弁当 atau べんとう ) atau o-bentō adalah istilah bahasa Jepang untuk makanan bekal berupa nasi berikut lauk-pauk dalam kemasan praktis yang bisa dibawa-bawa dan dimakan di tempat lain. Seperti halnya nasi bungkus, bentō bisa dimakan sebagai makan siang, makan malam, atau bekal piknik.
Bentō biasanya dikemas untuk porsi satu orang, walaupun dalam arti luas bisa berarti makanan bekal untuk kelompok atau keluarga. Bento dibeli atau disiapkan sendiri di rumah. Ketika dibeli, bentō sudah dilengkapi dengan sumpit sekali pakai, berikut penyedap rasa yang disesuaikan dengan lauk, seperti kecap asin atau saus uster dalam kemasan mini.
Ciri khas bentō adalah pengaturan jenis lauk dan warna agar sedap dipandang serta mengundang selera. Kemasan bento selalu memiliki tutup, dan wadah bentō bisa berupa kotak atau nampan segi empat dari plastik, kotak roti, atau kotak kayu kerajinan tangan yang dipernis. Ibu rumah tangga di Jepang dianggap perlu terampil menyiapkan bentō, walaupun bentō bisa dibeli di mana-mana. Di Indonesia, hidangan ala bento mulai dipopulerkan jaringan restoran siap saji Hoka-Hoka Bento sejak tahun 1985.[1]
Sejarah
Pada akhir zaman Kamakura, orang Jepang mengenal makanan praktis berupa nasi yang ditanak dan dikeringkan. Makanan ini disebut hoshi-ii (nasi kering) dan dibawa di dalam tas kecil. Hoshi-ii bisa dimakan begitu saja, atau direbus di dalam air sebelum dimakan. Di zaman Azuchi Momoyama (1568-1600), orang sudah mulai senang makan di luar, dan kotak kayu yang dipernis digunakan sebagai wadah membawa makanan. Bentō mulai dikenal sebagai makanan praktis dalam kesempatan hanami atau upacara minum teh.
Pada zaman Edo (1603-1867), kebudayaan bentō semakin meluas di kalangan rakyat banyak. Orang yang bepergian atau berwisata membawa makanan praktis yang disebut koshibentō (bentō di pinggang). Isinya beberapa onigiri yang dibungkus daun bambu, atau nasi di dalam kemasan kotak beranyam dari bambu yang diikatkan di pinggang. Salah satu jenis bentō yang disebut makunouchi bentō populer di kalangan rakyat yang menonton pertunjukan noh dan kabuki. Bentō dimakan sewaktu pergantian layar panggung (maku) sehingga dinamakan makunouchi bentō. Di zaman Edo, cara memasak, mengemas, dan menyiapkan bentō untuk kesempatan hanami dan hinamatsuri sudah diterbitkan dalam buku resep masakan.
Penjualan paket nasi yang disebut ekiben (駅弁 bentō stasiun) dimulai sejak zaman Meiji. Ekiben dimaksudkan untuk dinikmati di atas kereta, dan sering merupakan hidangan khas dari daerah tempat stasiun kereta api tersebut berada. Stasiun KA Utsunomiya (Prefektur Ibaraki) merupakan salah satu stasiun yang mengklaim sebagai penjual ekiben yang pertama. Pada 16 Juli 1885, di Stasiun KA Utsunomiya dijual ekiben berupa dua buah onigiri berisi umeboshi dan potongan asinan lobak (takuan) dengan pembungkus daun bambu.[2] Bekal bentō yang dibawa murid dan guru juga mulai populer di zaman Meiji. Jam pelajaran baru selesai di petang hari, dan sekolah-sekolah belum memiliki dapur dan kafetaria yang menyediakan makan siang. Selain bentō berisi nasi, penjual bentō juga mulai menyediakan bentō ala Eropa berisi sandwich.
Pada zaman Taisho (1912 - 1926), perbedaan kaya-miskin yang tajam seusai Perang Dunia I menimbulkan gerakan sosial untuk menghentikan kebiasaan membawa bentō ke sekolah. Bentō dituduh sebagai sarana pamer kekayaan bagi anak orang berada yang mampu membawa nasi ke sekolah.
Pada awal zaman Showa, kotak dari aluminum untuk membawa bento sangat digemari orang Jepang dan merupakan barang mewah. Setelah Perang Dunia II, tradisi membawa bentō secara berangsur-angsur hilang sejalan dengan semakin banyaknya sekolah yang menyediakan ransum makan siang.
Bentō kembali populer di tahun 1980-an setelah dikenal kemasan kotak plastik polistirena sekali pakai, oven microwave, dan semakin meluasnya toko kelontong 24 jam. Sementara itu, bentō buatan ibu kembali mulai digemari, dan tradisi membawa bentō dari rumah hidup kembali. Keahlian menyiapkan bentō untuk anak-anak merupakan kebanggaan tersendiri bagi ibu rumah tangga. Lauk seperti sosis dan nori dipotong-potong atau digunting untuk dijadikan hiasan, seperti daun, bunga, binatang, hingga karakter anime.
Jenis-jenis
- Shōkadō bentō (松花堂弁当 )
- Bentō yang dihidangkan di dalam kotak kayu dengan tutup yang bisa menutup dengan rapat, dan di dalamnya terdapat pembatas untuk membagi wadah menjadi 4 bagian.
- Chūka bentō (中華弁当 , bentō masakan Cina)
- Kemasan bentō berisi makanan Cina
- Kamameshi bentō (釜飯弁当 , bentō nasi periuk)
- Bentō yang menggunakan periuk tanah liat sebagai kemasan.
- Makunouchi bentō (幕の内弁当 )
- Bentō tradisional berisi nasi dan lauk.
- Noriben (海苔弁 )
- Bentō berisi nasi ditutupi nori yang sudah dicelupkan ke dalam kecap asin.
- Hinomaru bentō (日の丸弁当 )
- Bentō yang hanya terdiri dari nasi putih dan sebuah umeboshi yang diletakkan di tengah-tengah seperti bendera Jepang.
Dashi
Dashi (出汁 ) adalah kaldu dasar untuk semua masakan Jepang. Dashi dibuat dari sari kombu dan katsuobushi yang dimasukkan ke dalam air mendidih dan disaring sesudah katsuobushi tenggelam di dalam air. Selain katsuobushi, dashi juga sering dibuat dari sari bahan pembuat dashi yang lain seperti sababushi, niboshi dan jamur shiitake yang dikeringkan.
Dashi instan produksi pabrik yang berbentuk bubuk sering digunakan sebagai pengganti dashi. Bergantung pada jenis masakannya, dashi bisa ditambah shōyu, mirin, cuka dan miso.
Dashi bisa dibuat dari merendam kombu, shiitake dan niboshi di dalam air biasa selama beberapa jam dan direbus hingga hampir mendidih. Dashi kombu adalah sebutan untuk dashi yang dibuat dari merendam kombu di dalam air dan direbus hingga hampir mendidih. Shiitake dashi dibuat hanya dengan merendam jamur shiitake kering di dalam air biasa. Niboshi dashi dibuat hanya dengan merendam niboshi di dalam air setelah ikan dibuang kepala agar tidak pahit.
Ichiban dashi adalah sebutan untuk dashi yang dibuat dari hasil saringan pertama sari kombu dan katsuobushi. Niban dashi adalah sebutan dari dashi yang dibuat dari kombu dan katsuobushi yang sudah diambil sarinya sewaktu membuat ichiban dashi.
Donburi
Donburi (丼 donburi, don) adalah makanan Jepang berupa nasi putih dengan berbagai macam lauk di atasnya seperti ikan, daging dan sayur-sayuran berkuah yang dihidangkan di dalam mangkuk besar yang juga disebut donburi. Kuah untuk donburi bergantung pada jenis makanan, tapi pada umumnya berupa dashi dicampur kecap asin dan mirin.
Jenis-jenis Donburi
- Unadon (うな丼, 鰻丼 )
- Mangkok donburi berisi nasi putih dengan lauk belut Unagi yang dimasak cara kabayaki (dipanggang hingga matang dengan dioles saus manis-asin), dinikmati dengan bumbu penyedap merica shicuan.
- Oyakodon (親子丼 )
- Mangkok donburi berisi nasi putih dengan lauk berupa potongan daging ayam, jamur shiitake dan bawang bombay yang dimasak bersama telur ayam dan dashi. Masakan ini dinamakan "oyakodon" karena berisi daging ayam yang merupakan "orang tua" (親子 ) dari telur.
- Fukagawadon (深川丼 )
- Mangkok donburi berisi nasi putih yang disiram lauk berupa daging kerang dan daun bawang yang dimasak bersama sup miso.
- Gyūdon (牛丼 beef bowl)
- Mangkok donburi berisi nasi putih dengan lauk berupa irisan tipis daging sapi dan bawang bombay yang dimasak seperti semur dengan dashi, kecap asin, dan mirin.
- Katsudon (カツ丼 )
- Mangkok donburi berisi nasi putih dengan lauk tonkatsu (gorengan potongan lebar daging babi yang dibungkus tepung panir) dan disiram saus kental
- Tendon (天丼 )
- Mangkok donburi berisi nasi putih dengan lauk beberapa jenis tempura seperti udang, terong, labu parang, dan nori yang disiram dengan kuah kental dari kecap asin, gula, dan dashi.
- Karēdon (カレー丼 )
- Mangkok donburi berisi nasi putih dengan lauk beberapa kari ala Jepang yang berisi daun bawang, aburage atau daging.
- Ikuradon (いくら )
- Mangkok donburi berisi nasi putih dengan lauk telur ikan mentah yang disebut Ikura.
- Unidon (ウニ丼 )
- Mangkok donburi berisi nasi putih dengan hewan laut bernama bulu babi (uni) yang dimakan mentah.
- Tanindon (他人丼 )
- Merupakan variasi dari Oyakodon yang menggunakan daging, disebut tanin (他人 orang lain) karena daging dan telur ayam tidak punya hubungan saudara.
- Chūkadon (中華丼 )
- Mangkok donburi berisi nasi putih dengan lauk capcay daging dan sayur-sayuran.
- Tekkadon (鉄火丼 )
- Mangkok donburi berisi nasi putih dengan lauk irisan ikan tongkol mentah dan nori.
- Butadon (豚丼 )
- Merupakan variasi dari Gyudon yang memakai daging babi.
- Mabodon (マーボー丼 )
- Mangkok donburi berisi nasi putih yang disiram dengan masakan tahu dan daging yang disebut mápó dòufu.
Sejarah
Cara makan nasi di dalam mangkok donburi tidak mempunyai catatan sejarah yang panjang. Unadon baru dikenal pada awal abad-19, sedangkan Fukagawadon baru dikenal pada zaman Edo periode akhir. Gyudon mulai dikenal di periode awal zaman Meiji, sedangkan Uyakodon baru dikenal pada tahun 1891. Pada tahun 1913 mulai dikenal Sōsu Katsudon, sedangkan Katsudon seperti yang dikenal sekarang ini baru ada sejak tahun 1921.
Menurut budaya makan yang dikenal sejak zaman dulu di Jepang, nasi putih harus dihidangkan di dalam mangkuk kecil dengan lauk yang diletakkan di piring terpisah. Makan nasi dengan lauk yang ditaruh di atasnya dianggap tidak sopan, sehingga cara makan dengan meletakkan nasi dalam porsi besar beserta di dalam mangkuk donburi dianggap melanggar aturan. Donburi dianggap cara makan yang praktis karena nasi sudah dihidangkan bersama lauk, sedangkan kuah yang meresap ke dalam nasi dianggap sebagai kelezatan tersendiri. Di Jepang, Donburi dianggap makanan rakyat karena tidak mungkin menikmati nasi dalam mangkuk donburi sambil mematuhi segala macam etiket makan.
Enokitake
| ?Flammulina | ||||||||||||
|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Jamur Enokitake (Flammulina velutipes) di alam bebas | ||||||||||||
| Klasifikasi ilmiah | ||||||||||||
| ||||||||||||
| Spesies | ||||||||||||
| Flammulina callistosporioides |
Jamur Enokitake (えのき茸 , jamur enoki) adalah jamur pangan dengan tubuh buah hasil budidaya berbentuk panjang-panjang berwarna putih seperti tauge. Dikenal juga sebagai jamur tauge, jamur musim dingin, atau jamur jarum emas (Hanzi: 金针菇, pinyin: jīnzhēngū, Hangul: 팽이버섯 , Alihaksara: pengi beoseot).
Di wilayah dunia beriklim sejuk, jamur tumbuh di alam bebas pada suhu udara rendah mulai musim gugur hingga awal musim semi. Jamur juga diketahui tumbuh di bawah salju. Jamur tumbuh di permukaan batang pohon Celtis sinensis (bahasa Jepang: Enoki) yang sudah melapuk, sehingga disebut Enokitake (jamur Enoki). Jamur juga bisa tumbuh di permukaan batang kayu lapuk pohon-pohon berdaun lebar seperti Bebesaran dan Kesemek. Jamur ini sering dianggap sebagai hama bagi beberapa produk pertanian,
Budidaya
Jamur Enokitake hasil budidaya bisa dipanen sepanjang tahun. Tubuh buah Enokitake hasil budidaya terlihat beda dari Enokitake yang tumbuh di alam bebas. Jamur hasil budidaya dilindungi dari sinar matahari sehingga berwarna putih, sedangkan jamur di alam bebas berwarna coklat hampir merah jambu. Jamur hasil budidaya juga memiliki batang yang panjang dan kurus-kurus, sedangkan jamur di alam bebas memiliki batang yang lebih pendek dan gemuk. Rasa jamur hasil budidaya juga sangat berbeda dengan jamur yang tumbuh di alam bebas.
Enokitake yang tersedia di pasar swalayan merupakan hasil budidaya. Jamur dibudidayakan dengan menggunakan botol plastik atau kantong plastik. Jamur memerlukan waktu 30 hari pada suhu 15°C dan kelembaban 70% di atas media tanam serbuk gergaji atau serbuk bonggol jagung ditambah berbagai bahan campuran lain. Setelah itu, jamur masih perlu tumbuh 30 hari lagi dengan suhu yang lebih sejuk dan lebih lembab.
Jamur dilindungi dari sinar matahari dan dipaksa tumbuh di dalam botol plastik atau kantong plastik yang sempit. Jamur yang terus mencari sinar matahari akhirnya tumbuh terus ke atas hingga menjadi panjang-panjang dan kurus. Jamur memang bisa tumbuh tanpa sinar matahari, tapi sinar matahari tetap diperlukan pada penyebaran spora.
Manfaat
Jamur ini banyak digunakan dalam berbagai masakan sup dalam Jepang, Korea, Tionghoa, dan Vietnam. Jamur mempunyai tekstur garing dan aroma yang segar. Bagian akar perlu dipotong sebelum digunakan dalam masakan. Jamur segar tahan disimpan di lemari es sampai satu minggu.
Jamur Enokitake sangat mudah dibudidayakan dan sudah dibudidayakan di Jepang sejak lebih dari 300 tahun yang lalu. Jamur Enokitake bisa ditanam sendiri di rumah asalkan suhu cukup sejuk. Di Tiongkok, jamur ini sering digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mengobati susah buang air besar.
Fugu
Fugu adalah hidangan khas Jepang yang dibuat dari sejenis ikan kembung (biasanya spesies Takifugu, Lagocephalus, atau Sphoeroides) atau ikan landak (dari genus Diodon). Karena ikan kembung beracun, hanya koki terlatih yang boleh mempersiapkan hidangan ini.
Kandungan racun ikan kembung terdapat di hati, kelenjar gonad, dan kulit. Koki harus mempersiapkan hidangan ini sedemikian rupa agar sedikit racun tercampur ke dalam hidangan. Kandungan racun yang kecil ini memberi rasa nikmat di mulut dan membuat fugu sangat mahal. Namun bila dimakan terlalu banyak, racun ini akan membuat otot kaku sehingga bila tidak ditangani korban akan meninggal karena tidak dapat bernafas.
Jiaozi
| Jiaozi | |||
|---|---|---|---|
| Nama Tionghoa | |||
| Hanzi tradisional: | 餃子 | ||
| Hanzi sederhana: | 饺子 | ||
| |||
| Nama Jepang | |||
| Kanji: | 餃子 | ||
| Kana: | ぎょうざ | ||
| |||
| Nama Korea | |||
| Hangul: | 만두 | ||
| Hanja: | 饅頭 | ||
| |||
Jiaozi adalah daging babi atau udang dan sayuran yang dicincang dan dibungkus lembaran tepung terigu. Adonan kulit dibuat dari campuran tepung terigu, air, dan garam dapur. Makanan ini dimatangkan dengan cara direbus. Di Jepang, makanan serupa disebut gyōza, sementara di Korea disebut mandu. Jiaozi tidak sama dengan pangsit (wonton). Kulit jiaozi lebih tebal dari pangsit.
Dari peninggalan Zaman Musim Semi dan Gugur di Cina diketahui bahwa orang pada zaman itu sudah memakan jiaozi. Dari dalam guci yang ditemukan dari makam di Dunhuang asal Dinasti Tang ditemukan jiaozi dalam keadaan kering.
Variasi
- Shuijiao (jiaozi rebus, 水餃; pinyin: shuǐjiǎo)
- Zhengjiao (jiaozi kukus, 蒸餃; pinyin: zhēngjiǎo)
- Guotie atau kuo tieh (jiaozi goreng, 鍋貼; pinyin: guōtiē, atau 煎餃; pinyin: jiānjiǎo)
Gyudon
Gyūdon (牛丼 , sapi, mangkuk) atau beef bowl adalah makanan Jepang jenis Donburi berupa semangkuk nasi putih yang di atasnya diletakkan irisan daging sapi bagian perut dan bawang bombay yang sudah dimasak dengan kecap asin dan gula. Sebagai penyedap, di atasnya sering ditambahkan asinan jahe (benishōga), campuran rempah dan cabai yang disebut shichimi, atau telur ayam mentah sesuai selera.
Gyūdon berasal dari makanan yang disebut Sukiyakidon (sukiyaki donburi), sehingga sering dijumpai gyudon yang memakai shirataki seperti halnya sukiyaki.
Sejarah
Di zaman Meiji sudah dikenal cikal bakal gyūdon yang disebut Gyumeshi berupa semangkok nasi yang diatasnya diletakkan irisan daging sisa Gyūnabe (daging sapi yang dimasak dengan kecap asin dan gula). Pada waktu itu, orang Jepang sering mendengar orang asing memanggil anjingnya, "Come (here)", tapi menurut pendengaran orang Jepang, "come" terdengar seperti "kame" dan orang asing tersebut disangka sedang memanggil anjing yang bernama Kame. Dari nama anjing bernama Kame konon lahir sebutan Kamechabu, chabu (makanan) untuk si Kame berupa nasi dicampur sisa-sisa Gyūnabe yang tidak habis dimakan.
Restoran siap saji Yoshinoya yang membuka cabang dengan sistem waralaba mempopulerkan gyūdon sebagai makanan rakyat pada paruh kedua tahun 1970-an. Makanan serupa juga dihidangkan dengan nama Gyūmeshi oleh restoran waralaba lain seperti Yōrōnotaki, Matsuya, Sukiya dan Kōbe Ranputei.
Pada tanggal 11 Februari 2004, Yoshinoya dan restoran gyūdon lain terpaksa menghentikan penjualan gyūdon akibat kekuatiran daging sapi dari Amerika Serikat tercemar penyakit sapi gila. Parlemen Jepang berusaha mendatangkan kembali daging sapi dari Amerika sejak Mei 2005, tapi baru berhasil mengimpor di bulan Januari 2006.
Pada tanggal 18 September 2006, Yoshinoya kembali menjual Gyūdon tapi hanya selama satu hari penuh saja, itu pun dengan jumlah porsi yang terbatas (1 juta porsi dengan jatah 1.000 porsi per restoran).
Serbaneka
Di Jepang, penyajian gyūdon di restoran Yoshinoya mengenal dua istilah: Tsuyudaku dan Negidaku. Tsuyudaku berarti nasi diberi kuah daging yang banyak, sedangkan Negidaku berarti nasi diberi bawang bombay yang banyak.
Kamaboko
Kamaboko (蒲鉾 ) adalah sebutan untuk berbagai makanan olahan dari ikan yang dihaluskan, dicetak di atas sepotong kayu, dan dimatangkan dengan cara dikukus. Irisan kamaboko bisa langsung dimakan begitu saja atau digunakan sebagai pelengkap dan hiasan berbagai macam makanan berkuah, seperti ramen, soba, atau udon.
Adonan diletakkan di atas potongan kayu berbentuk persegi empat dan diratakan hingga berbentuk setengah lingkaran. Potongan kayu yang menjadi alas kamaboko dipilih dari kayu yang tidak berbau bila dikukus. Adonan sering dicampur pewarna makanan berwarna merah jambu agar menarik. Salah satu jenis kamaboko yang disebut Naruto atau Naruto-maki, bila dipotong membentuk irisan bermotif pusaran air. Kamaboko yang meniru rasa kepiting disebut kanikama atau kanikamaboko.
Sejarah
Di zaman dulu, istilah "kamaboko" digunakan makanan yang sekarang disebut Chikuwa, karena berbentuk bulat panjang seperti bunga (ho) sejenis tanaman rumput yang disebut Gama. Pada perkembangan selanjutnya, kamaboko dicetak di atas sepotong kayu sehingga disebut Itakamaboko (kamaboko di atas papan), sedangkan Chikuwa yang dulunya disebut Chikuwa-kamaboko menjadi cuma disebut Chikuwa. Di zaman sekarang, Itakamaboko hanya disebut sebagai kamaboko. Di Jepang, asosiasi produsen kamaboko menetapkan tanggal 15 November sebagai Hari Kamaboko. Tanggal 15 November diambil dari angka tahun 1115, karena pada tahun itu kamaboko pertama kali dihidangkan di istana kaisar.
Mahalnya harga bahan baku berupa ikan berdaging putih menjadikan kamaboko sebagai makanan mewah. Kamaboko juga merupakan salah satu makanan yang harus ada dalam masakan Osechi (hidangan tahun baru).
Kamaboko di berbagai daerah di Jepang
- Saiku kamaboko (kamaboko artistik)
- Kamaboko yang dicetak dengan bentuk ikan kakap atau mizuhiki, digunakan sebagai cenderamata yang dibagi-bagikan kepada tamu yang menghadiri pesta pernikahan. Tradisi ini terdapat di kota Maizuru dan prefektur Toyama. Kamaboko berharga mahal dengan bentuk ikan kakap berskala 1:1 sering dibagi-bagikan kepada tamu yang menghadiri pesta pernikahan mewah.
- Haben
- Di prefektur Toyama, kamaboko disebut Habén dan tidak dibentuk di atas sepotong kayu, melainkan dibentuk seperti gulungan tamagoyaki.
- Sasa-kamaboko (kamaboko bambu)
- Di kota Sendai, kamaboko tidak menggunakan alas sepotong kayu, tapi dibentuk seperti daun bambu (sasa) dan ditusuk dengan tusukan dari bambu. Sasa-kamaboko digunakan sebagai hadiah dan oleh-oleh khas kota Sendai.
- Yaki-kamaboko (kamaboko panggang)
- Di daerah Kansai, orang lebih menyukai kamaboko yang bagian atasnya dipanggang hingga berwarna keemasan.
Cara pembuatan
Bahan baku berupa ikan yang memiliki daging berwarna putih. Bagian daging ikan yang berwarna gelap dipisahkan dan tidak digunakan. Setelah dicuci dengan air untuk menghilangkan darah dan lemak, potongan daging ikan digiling dengan penggilingan dari batu. Adonan ditambah tepung agar kamaboko memiliki tekstur kenyal. Bumbu yang ditambahkan ke dalam adonan berupa gula, garam, mirin, dan putih telur. Adonan diratakan di atas sepotong kayu dan dikukus.
Katsuobushi
Katsuobushi (鰹節 ) adalah makanan awetan berbahan baku ikan cakalang (katsuo). Katsuobushi diserut menjadi seperti serutan kayu untuk diambil kaldunya yang merupakan bahan dasar masakan Jepang, ditaburkan di atas makanan sebagai penyedap rasa, atau dimakan begitu saja sebagai teman makan nasi.
Katsuobushi yang sudah diserut tipis, berwarna coklat muda hingga merah jambu sedikit bening umumnya dijual dalam kemasan plastik. Katsuobushi sebagai penyedap makanan biasanya ditaburkan di atas hiyayako (tahu dingin), okonomiyaki dan takoyaki. Katsuobushi yang sudah diserut disebut kezuribushi.
Pengawetan ikan cakalang menjadi katsuobushi umum dilakukan di beberapa negara seperti Jepang dan kepulauan Maladewa. Teknik pengawetan ikan menjadi katsuobushi sudah dikenal di Jepang sejak sebelum zaman Edo. Katsuobushi disebut juga ikan kayu karena ikan cakalang yang sudah diolah menjadi sangat keras seperti kayu, sehingga sebelum digunakan harus diserut dengan alat ketam.
Ikan dibelah menjadi 2 bagian untuk membuang bagian tulang, menyisakan bagian daging ikan berbentuk lengkungan seperti kapal yang disebut fushi (節 ). Daging ikan kemudian diproses sehingga produk akhirnya disebut katsuobushi.
Pemrosesan terdiri dari berbagai tahap, sebutan untuk ikan cakalang yang hanya direbus dan dikeringkan adalah namaribushi. Tahap selanjutnya adalah memproses namaribushi dengan cara pengasapan atau pengapangan untuk menumbuhkan berjenis-jenis kapang di atas permukaannya. Produk akhir yang sering digunakan dalam masakan Jepang adalah katsuobushi yang mengalami pengapangan dan namaribushi.
Katsuobushi kaya dengan vitamin B kompleks dan banyak mengandung inosine dan unsur umami sehingga selalu digunakan di Jepang sebagai bumbu dapur atau penyedap. Dalam istilah orang Jepang, umami adalah rasa "lezat" yang merupakan rasa tambahan dari empat rasa utama yang umum: manis, asam, asin, dan pahit.
Katsuobushi hasil pengapangan disebut karebushi (枯節 ) yang mengandung lebih banyak unsur umami dan vitamin B dibandingkan katsuobushi biasa.
Sejarah
Ikan cakalang adalah ikan yang sudah dikonsumsi orang Jepang sejak zaman kuno. Dari beberapa situs penggalian seperti di Hachinohe (Prefektur Aomori) berhasil ditemukan sisa-sisa ikan cakalang bekas dimakan orang zaman Jomon. Walaupun ada kemungkinan teknik pengeringan ikan cakalang sudah dikuasai orang Jepang sejak abad ke-5, hasil akhirnya mungkin sangat berbeda dengan katsuobushi yang dikenal sekarang. Berdasarkan catatan zaman kuno juga diketahui teknik pengolahan ikan cakalang yang sesudah jadi lebih mirip ikan kering.
Menurut kitab hukum Fuyakuryō (賦役令 fuyakuryō atau buyakuryō) dan Kitab Undang-Undang Taihō terbitan tahun 701 (zaman Asuka), ikan cakalang kering ditetapkan sebagai upeti atau barang persembahan, bersama-sama dengan ikan cakalang, ikan cakalang masak nimono, dan air kaldu ikan cakalang. Pada zaman dulu, ikan cakalang adalah upeti yang dikirimkan dari provinsi seperti Izu, Suruga, Shima, Sagami, Awa (安房 ), Kii, Awa (阿波 ), Tosa, Bungo, dan Himuka.
Pengolahan ikan cakalang dari zaman Muromachi mempunyai hasil akhir yang mirip dengan katsuobushi yang dikenal sekarang. Hanakatsuo (花鰹 ) disebut-sebut dalam buku masak terkenal dari zaman Muromachi yang berjudul Shijōryū Hōchōsho (四条流包丁書 ). Kemungkinan besar hanakatsuo yang disebut dalam buku masak zaman Muromachi adalah produk awetan ikan cakalang yang sangat keras, sehingga harus diserut dengan alat ketam dan bukan berupa ikan cakalang kering.
Teknik pengasapan baru dikenal di zaman Edo. Teknik menghilangkan air dari dalam daging ikan dengan cara pengasapan kemungkinan mulai dilakukan pengolah ikan bernama Jintarō dari wilayah Kishu (Kumano). Kabibushi (かび節 ) adalah jenis katsuobushi yang dimatangkan dengan cara pengapangan. Teknik pembuatan kabibushi yang kemudian meluas ke seluruh Jepang kabarnya diciptakan oleh Tosano Yoichi yang juga berasal dari Kishu. Pada zaman dulu, pengolahan ikan cakalang di Jepang berpusat di daerah-daerah pantai Samudra Pasifik seperti Satsuma, Tosa, Awa, Kii, Shima, Ise, dan Izu.
Pada zaman Edo peringkat kualitas katsuobushi dibuat seperti peringkat pesumo. Kualitas atas yang disebut kelas gyoji (行司 gyōji, wasit) ditempati asobushi dari Ise, namikiribushi dari Shima. Sementara itu, shimizubushi dari Shizuoka dan yakushimabushi dari Satsuma menempati peringkat nomor dua atau kelas Ozeki. Masakan berkelas khas Kyoto yang disebut kyōryōri banyak menggunakan katsuobushi kelas gyōji. Namikiribushi dan karebushi banyak dipakai dalam masakan chagaisekiryōri, hidangan kuil agama Buddha dan Shinto di Kyoto. Kemajuan transportasi laut pada zaman Edo memungkinkan katsuobushi yang berasal dari Kyushu dan Shikoku untuk diangkut sampai ke Edo.
Sesudah zaman Meiji, pengolahan ikan cakalang juga dilakukan di Pulau Uotsuri yang terletak di Kepulauan Senkaku, dan di pulau-pulau di sebelah selatan Samudra Pasifik yang ditetapkan Liga Bangsa-Bangsa sebagai wilayah mandat Jepang. Pengolahan ikan cakalang dari kepulauan Samudra Pasifik ini berkembang dengan pesat karena harga-harga lokal yang murah, tapi kemudian industri ini tamat akibat Perang Dunia II.
Manfaat
Katsuobushi adalah bahan dasar kaldu yang disebut dashi dan merupakan bumbu dapur masakan Jepang yang paling utama. Dalam bahasa Jepang, sanmai oroshi (三枚おろし tiga potong, belah) adalah cara membelah ikan menjadi 3 bagian, yang terdiri dari 2 bagian daging dan 1 bagian tulang yang tidak digunakan.
Jenis-jenis katsuobushi menurut bagian ikan hasil sanmai oroshi:
- Kamebushi (dua bagian daging utuh)
- Honbushi (daging bagian punggung dan perut saja)
- Osubushi atau Senakabushi (bagian punggung dari Honbushi saja)
- Mesubushi (daging bagian perut)
Pada zaman dulu, katsuobushi hanya diserut seperlunya sebelum digunakan untuk memasak, sehingga alat ketam merupakan peralatan dapur yang harus dimiliki oleh semua rumah tangga di Jepang. Alat ketam untuk menyerut katsuobushi mirip dengan alat ketam yang digunakan tukang kayu, hanya saja letak mata pisau berada di atas dan bukan di bawah. Sebuah kotak kecil menyerupai laci yang bisa dibuka dan ditutup dipakai untuk mengumpulkan hasil serutan. Nama resmi untuk alat ketam katsuobushi adalah ogura shiki katsuobushi kezuriki (小倉式鰹節削り器 , alat serut katsuobushi cara Ogura) yang diciptakan oleh warga Tokyo bernama Ogura.
Pada zaman sekarang, katsuobushi dijual dalam keadaan sudah diserut dalam kemasan kedap udara berisi nitrogen. Katsuobushi yang dijual dalam sudah diserut tidak berbau seharum aroma katsuobushi yang baru diserut. Rumah makan tradisional Jepang (ryotei) umumnya memilih untuk menyerut sendiri.
Katsuobushi digunakan pada masakan Jepang yang dibuat dengan cara nimono (merebus dengan kecap asin dan mirin), dimakan begitu saja dengan sedikit kecap asin (o-kaka), atau digunakan sebagai isi onigiri. Katsuobushi yang umum digunakan untuk memasak adalah Hanakatsuo yang merupakan serutan Arakezuri. Rumah makan tradisional Jepang (ryotei) lebih memilih menggunakan karebushi yang harganya mahal namun berkualitas tinggi dan jauh lebih enak.
Cara pembuatan
- Ikan cakalang dipotong, bagian kepala dibuang dan isi perut dikeluarkan
- Ikan dibelah tiga menjadi 2 bagian daging dan 1 bagian tulang
- Daging ikan dimasukkan ke dalam keranjang, direbus selama kira-kira 100 menit. Suhu rebusan sewaktu merebus harus benar-benar dijaga
- Daging ikan diangkat, sisik ikan, lemak pada bagian perut dan tulang harus dibuang semuanya dan dibersihkan. Daging ikan yang diolah sampai tahap ini ada yang dijual sebagai produk akhir dan disebut Namaribushi. Dulunya Namaribushi merupakan makanan istimewa yang hanya bisa dinikmati di sentra-sentra industri ikan cakalang, tapi sekarang sudah banyak dijual oleh perusahaan yang menerima pesanan yang dikirim lewat paket pos.
- Proses selanjutnya adalah mengeringkan daging ikan dengan proses pengasapan menggunakan kayu semacam pohon ek. Daging ikan dibolak-balik seperlunya selama proses pengasapan. Daging ikan yang diolah sampai tahap ini disebut arabushi yang setelah diserut dijual dengan nama hanakatsuo.
- Permukaan daging ikan dibersihkan, dibuang bagian yang kotor dan dikeringkan lagi dengan menjemurnya di bawah sinar matahari.
- Daging ikan dimasukkan ke dalam ruangan tertutup untuk menjalani proses pengapangan secara alami dengan kapang Aspergillus.
- Kapang yang tumbuh di permukaan daging ikan dibuang
- Proses nomor 7 dan nomor 8 terus diulang sampai daging ikan menjadi sangat kering dan keras seperti kayu sehingga kapang tidak bisa tumbuh lagi. Pada tahap ini, berat bersih produk akhir yang bernama Karebushi hanya tinggal seperlima dari berat bahan sebelum diproses. Karebushi berkualitas baik jika diadu satu sama lainnya akan mengeluarkan bunyi berdenting seperti kayu keras atau besi yang beradu. Pecahan Karebushi terlihat berwarna merah tua yang bening seperti rubi
Cara pembuatan yang sama (biasanya sampai tahap arabushi) juga sering dilakukan terhadap berjenis-jenis ikan lain.
Serbaneka
- Katsuobushi yang ditumbuhi kapang pada permukaannya merupakan tanda katsuobushi berkualitas baik dan berharga mahal. Di zaman sekarang, banyak orang Jepang yang tidak pernah melihat alat serut katsuobushi dan hasil serutannya. Ada banyak cerita tentang orang Jepang yang menerima hadiah berupa katsuobushi yang harganya mahal, tapi langsung dibuang setelah melihat permukaan ikan yang sudah berkapang. Agar tidak salah paham, produsen umumnya menyertakan penjelasan di dalam kemasan.
- Salah satu album solo John Lennon dinamakan Shaved Fish yang berarti katsuobushi.
- Nasi yang dinikmati dengan lauk katsuobushi disebut neko-manma (makanan kucing), karena katsuobushi juga merupakan makanan kesenangan kucing.
Kombu
| ?Kombu | ||||||||||||||
|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
| Klasifikasi ilmiah | ||||||||||||||
|
Kombu (昆布 ) atau konbu adalah ganggang laut (rumput laut) umumnya dari spesies Laminaria japonica yang dikonsumsi orang di negara-negara Asia Timur seperti Tiongkok, Korea dan Jepang. Di dalam bahasa Korea dikenal dengan nama dashima atau haidai (bahasa Tionghoa: 海带; pinyin: Hǎidài).
Di Jepang, Kombu dipakai dalam masakan Jepang sebagai bahan dasar kaldu yang disebut dashi, dimasak bersama sayur-sayuran dan daging, atau diproses menjadi makanan olahan sebagai lauk teman makan nasi.
Dashi kombu adalah kaldu bening yang diambil dari Kombu. Kombu didiamkan di dalam panci yang berisi air, dimasak hingga mendidih, Kombu diangkat, dan air rebusannya siap digunakan.
Kombu mentah dijual dalam bentuk kering dengan ukuran yang berbeda-beda sesuai harga dan keperluan. Kombu kering terbaik yang digunakan di restoran ada yang dijual dalam bentuk lembaran yang sangat panjang (1-2 meter).
Makanan olahan
Di kota Sakai, (Prefektur Osaka) yang dikenal sebagai pusat pengrajin benda tajam, permukaan Kombu diserut setelah sebelumnya direndam dengan campuran cuka dan gula. Produk akhir serutan tipis Konbu yang berwarna putih krem disebut Oboro Kombu yang rasanya sedikit asin dan manis. Oboro Kombu digunakan sebagai penyedap berbagai jenis masakan Jepang yang berupa sup bening, ditaburkan di atas Udon, atau sebagai pembungkus Onigiri dan Baterazushi.
Serutan bagian hitam Kombu yang banyak terkena campuran cuka dan gula disebut Kuroi Oboro. Serutan bagian dalam Kombu yang cuma sedikit terkena cuka dan sering dianggap sebagai bagian terlezat disebut Futo Shiro Oboro. Bagian inti Kombu yang sudah tidak bisa diserut lagi disebut Shiroita Kombu dan digunakan pada Oshizushi.
Kombu juga diproses menjadi berbagai macam makanan olahan untuk teman makan nasi atau bahan isi Onigiri.
- Shio kombu
- Kombu berasa asam-asin yang dipotong persegi empat, biasanya dinikmati sebagai teman minum teh hijau.
- Kombu tsukudani
- Kombu yang dimasak dengan gula, kecap asin, atau berbagai jenis bahan lainnya seperti jamur shiitake, jamur matsutake, dan ikan teri
- Nishin (Ayu) no kombu maki (ikan hering atau ikan Ayu yang dibungkus kombu dan dimasak cara tsukudani)
- Permen kombu
Budidaya
Hampir di atas 90 persen kombu yang dikonsumsi di Jepang merupakan hasil budidaya dan sebagian besar di antaranya berasal dari sentra penanaman kombu di Hokkaido. Selain itu, budidaya kombu juga dilakukan sepanjang garis pantai Samudra Pasifik di Tohoku, dan Laut Pedalaman Seto.
Kombu merupakan tanaman yang berumur panjang sampai 2-3 tahun. Tanaman yang dipanen umumnya yang berusia 2 tahun.
Sejarah
Catatan tertua mengenai Kombu ditulis dalam buku Shoku Nihonshiki pada tahun 797. Pada waktu itu, Kombu digunakan sebagai hadiah atau upeti dari daerah Tohoku.
Teknik mengeringkan bahan makanan menjadi semakin maju pada zaman Muromachi, sehingga Kombu dapat disimpan lebih lama. Kombu kemudian diperdagangkan sampai ke Osaka dan daerah sepanjang garis pantai Laut Jepang.
Osaka sejak dulu terkenal sebagai pusat distribusi Kombu terbesar di Jepang. Sebagai kota yang mempunyai kelembaban udara yang tinggi, gudang-gudang di Osaka merupakan tempat ideal untuk menyimpan Kombu agar menjadi matang dan mempunyai banyak umami (rasa "lezat"). Rasa pahit juga hilang pada Kombu yang sudah dimatangkan dengan cara disimpan.
Di zaman Edo sewaktu Jepang mengambil wilayah Ezo (sekarang disebut Hokkaido), perdagangan Kombu berkembang dengan pesat. Masakan tradisional Okinawa sangat bergantung pada Kombu. Penduduk Prefektur Okinawa dan Prefektur Toyama merupakan pemakan Kombu terbesar di Jepang.
Manfaat
Kombu adalah makanan kesehatan yang kaya dengan serat, zat besi, kalsium, dan Yodium. Kombu dikatakan dapat menurunkan tekanan darah tinggi dan mencegah diabetes.
Spesies
(Nama Jepang diikuti nama binomial)
- Karafuto kombu L. saccharina mengandung manitol sehingga mempunyai rasa manis
- Ma-kombu Saccharina Japonica
- Mitsuishi-kombu atau dashi-kombu L. angustata yang digunakan untuk membuat dashi
- Naga-kombu L. longissima
- Rishiri-kombu Saccharina ochotensis yang digunakan untuk membuat kaldu sup.
Serbaneka
- Di Hokkaido, Kombu mentah dimakan sebagai Sashimi.
- Su kombu adalah makanan ringan berbentuk potongan-potongan kecil kombu yang diproses dengan campuran gula dan bahan-bahan lain.
Matcha
Matcha (抹茶 , teh bubuk) adalah teh hijau berbentuk bubuk yang dibuat dari menggiling teh hijau hingga halus seperti tepung. Selain diminum pada upacara minum teh, matcha digunakan sebagai bahan perisa dan pewarna untuk berbagai jenis makanan, seperti mochi, soba, es krim, es serut, cokelat, berbagai jenis kue Barat, dan wagashi.
Minuman dari matcha
Upacara minum teh mengenal dua jenis minuman teh dari matcha, koicha (teh kental) dan usucha (o-usu atau teh encer). Keduanya berbeda dalam kadar kekentalan, dan cara meminum. Teh jenis koicha dan usucha keduanya disajikan dalam upacara minum teh yang sangat formal. Walaupun demikian, upacara minum teh yang hanya menyajikan usucha tetap bisa bersifat formal.
Matcha kualitas terbaik memiliki rasa lebih manis dan tidak terlalu pahit. Minuman koicha hanya dibuat dari matcha kualitas terbaik yang harganya mahal, tapi matcha tersebut bisa juga dipakai untuk membuat usucha. Alat pengocok yang disebut chasen digunakan untuk melarutkan matcha, atau mengocoknya hingga berbusa sewaktu membuat usucha.
Semangkuk koicha dibuat untuk diminum bersama oleh tamu yang hadir secara bergiliran. Seorang tamu hanya boleh meminum teh yang menjadi bagiannya, dan menyisakan selebihnya untuk tamu yang lain. Tamu yang mendapat giliran terakhir untuk minum diharuskan menghabiskan teh yang tersisa di dalam mangkuk.
Sewaktu membuat koicha, takaran matcha adalah 3 chashaku (sendok kecil dari bambu) untuk satu orang. Bila ada 4 orang tamu, maka takaran matcha untuk semangkuk koicha adalah 12 chashaku. Kue tradisional Jepang (wagashi) yang disajikan bersama koicha adalah kue namagashi ("kue basah") seperti nerikiri.
Semangkuk usucha dibuat untuk diminum habis oleh seorang tamu. Takaran matcha yang digunakan adalah 1½ chashaku untuk satu mangkuk. Usucha dihidangkan pada upacara minum teh yang dihadiri oleh banyak tamu, atau upacara minum teh ala kuil Zen. Wagashi yang dihidangkan bersama usucha adalah kue higashi (kue yang lebih kering dari namagashi). Pada upacara minum teh yang hanya menyajikan usucha dan tidak menyajikan koicha, kue yang dihidangkan bisa saja berupa higashi atau namagashi.
Masing-masing aliran upacara minum teh memiliki standar kadar busa pada permukaan teh. Aliran Urasenke menetapkan seluruh permukaan teh dipenuhi busa bagaikan susu kocok. Sebaliknya, aliran Omotesenke menetapkan sebagian permukaan teh harus terlihat bebas dari busa. Aliran Mushanokōjisenke bahkan hanya membolehkan sangat sedikit busa pada permukaan teh.
Sejarah
Kebiasaan minum teh dimulai di Tiongkok pada zaman Dinasti Tang, namun baru menjadi populer pada zaman Dinasti Song. Khasiat dan cara membuat teh dicatat dalam kitab Cha Ching sekitar abad ke-8.
Pada zaman Heian, orang Jepang hanya mengenal Dancha (teh dalam bentuk bulatan seperti bola). Matcha diperkirakan pertama kali dibuat di Tiongkok pada abad ke-10. Orang Jepang mengenal matcha sejak abad ke-12 (zaman Kamakura) setelah matcha dibawa ke Jepang oleh pendeta Zen aliran Rinzai bernama Eisai.
Pembuatan
Matcha dibuat dari teh hijau yang disebut Tencha. Di perkebunan, tanaman ditutup dengan jerami atau kerai agar daun teh tidak terkena sinar matahari langsung (sama dengan cara pembuatan teh hijau Gyokuro). Setelah dipetik, daun teh langsung dikukus dan dikeringkan. Teh untuk matcha tidak diremas-remas seperti sewaktu membuat teh hijau jenis Sencha atau Gyokuro. Alat penggiling dari batu digunakan untuk menggiling daun teh yang sudah kering hingga halus menjadi tepung.
Matsutake
| ?Matsutake | ||||||||||||
|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Matsutake | ||||||||||||
| Klasifikasi ilmiah | ||||||||||||
| ||||||||||||
| Nama binomial | ||||||||||||
| Tricholoma matsutake |
Matsutake (Tricholoma matsutake(S.Ito et Imai)Sing.) atau jamur pinus adalah nama umum untuk jamur mikoriza langka dari genus Tricholoma familia Tricholomataceae. Jamur ini belum dapat dibudidayakan, dan tumbuh liar di Cina, Jepang, Korea, Finlandia, dan tempat-tempat lain di dunia. Pada musim gugur, matsutake tumbuh di permukaan tanah hutan pinus yang ditumbuhi pinus merah jepang, Tsuga diversifolia, pohon runjung Tsuga, dan Pinus pumila. Kadang-kadang jamur ini juga bisa ditemukan di hutan yang ditumbuhi pinus hitam jepang. Di beberapa tempat, matsutake juga tumbuh semasa musim hujan Asia Timur. Pertumbuhan miselium diketahui sangat lambat. Suhu untuk pertumbuhan miselium sekitar 5-30℃, suhu ideal sekitar 22-25℃, pH tanah ideal 4,5-5,5.
Di Jepang, matsutake adalah bahan makanan mewah yang berharga sangat mahal. Jamur ini memiliki wangi harum yang kuat, dan dimakan setelah dipanggang sedikit di atas api, ditanak bersama beras menjadi nasi matsutake (matsutake gohan), dan sebagai campuran dobinmushi (sup dalam teko).
Mirin
Mirin (味醂, みりん )adalah bumbu dapur untuk masakan Jepang berupa minuman beralkohol berwarna kuning, berasa manis, mengandung gula sebanyak 40%-50% dan alkohol sekitar 14%. Mirin digunakan pada masakan Jepang yang diolah dengan cara nimono (merebus dengan kecap asin dan dashi) dan campuran untuk berbagai macam saus, seperti saus untuk kabayaki (tare), saus untuk soba (soba-tsuyu), saus untuk tempura (tentsuyu) dan saus teriyaki.
Kandungan alkohol pada mirin dapat menghilangkan rasa amis pada ikan dan mengurangi risiko hancur bahan makanan yang dimasak. Kandungan gula pada mirin digunakan untuk menambah rasa manis bahan makanan yang dimasak, membuat mengkilat bahan makanan yang dimasak cara teriyaki dan menambah harum masakan.
Mirin sebagai minuman keras
Mirin diminum di Jepang sebagai campuran Shirozake yang diminum pada perayaan Hina Matsuri atau campuran sake yang diminum pada tradisi toso mendoakan keselamatan di hari pertama tahun baru. Di Jepang, mirin merupakan minuman keras sama halnya seperti bir atau wiski yang dikenakan pajak minuman keras dan pembuatannya juga memerlukan izin khusus. Sampai tahun 1996, mirin hanya bisa dibeli di toko yang mempunyai izin menjual minuman keras, tapi sekarang boleh dijual di mana saja dan penjual hanya memerlukan izin menjual mirin secara eceran.
Mirin-fū (みりん風 ) adalah bumbu dapur dengan rasa seperti mirin, tapi biasanya mengandung alkohol di bawah 1 persen, dibuat dari cairan gula yang berasal dari beras (mizu ame) ditambah bumbu masak dari bahan kimia. Di Jepang, mirin-fū tidak dikenakan pajak minuman keras sehingga dapat dijual dengan harga murah. Hon-mirin (本みりん ) adalah sebutan yang sering dipakai untuk mirin asli, digunakan untuk membedakan mirin asli dengan mirin buatan.
Pembuatan mirin
Beras ketan dikukus dan dicampur dengan ragi, lalu ditambah semacam arak yang disebut shōchū atau semacam alkohol yang membantu proses peragian, lalu didiamkan selama 60 hari. Sesudah peragian selesai, bahan-bahan diperas dan disaring. Enzim emilase yang dikandung oleh ragi mengubah karbohidrat dalam beras menjadi gula, sedangkan asam suksinat dan asam amino memberi rasa "dalam" pada mirin. Kadar alkohol ditekan oleh ragi sehingga kadar gula yang tersisa pada mirin lebih tinggi dibandingkan sake.
Sejarah
Asal-usulnya mirin adalah minuman keras mahal dengan rasa manis yang sering diminum pada zaman Edo sebelum orang Jepang meminum jenis sake seperti yang diminum sekarang ini.
Ada beberapa pendapat tentang asal usul mirin yang semuanya tidak dapat dibuktikan kebenarannya:
- Mirin berasal dari minuman keras dengan rasa manis asal Tiongkok disebut meirin yang diperkenalkan di Jepang pada zaman Sengoku.
- Mirin sudah ada sejak zaman dulu di Jepang, asalnya dari sake berasa manis yang ditambah minuman keras hasil fermentasi yang disebut shōchū supaya tidak lekas busuk.
Penggunaan kata mirin pertama kali ditemukan dalam buku catatan harian Komai-nikki yang ditulis pada tahun 1593, sedangkan cara pembuatan mirin ditemukan dalam Honchō shokkan yang ditulis pada tahun 1695.
Penggunaan mirin sebagai saus makanan yang dipanggang (kabayaki) baru dimulai sejak pertengahan zaman Edo.
Sup miso
Sup miso (味噌汁 miso shiru) adalah masakan Jepang berupa sup dengan bahan dasar dashi ditambah isi sup berupa sedikit makanan laut atau sayur-sayuran, dan diberi miso sebagai perasa. Sup miso dinikmati dengan mengangkat mangkok sup dan meminum kuahnya, sedangkan isi sup dimakan menggunakan sumpit.
Pada umumnya sup miso dihidangkan bersama nasi putih sebagai menu sarapan pagi di banyak rumah-rumah di Jepang. Sup miso biasanya dimakan di rumah, walapun ada juga sup miso yang dihidangkan di warung atau restoran tradisional Jepang (ryotei). Sup miso instan adalah sup miso dalam kemasan yang cukup diseduh dengan air panas.
Sup miso merupakan masakan sangat sederhana yang sangat mudah disiapkan dalam waktu singkat, bahan-bahannya pun hanya berupa kaldu dari katsuobushi, sedikit isi sup, dan miso. Walaupun sup miso adalah masakan paling sederhana, rasa yang dihasilkan bisa berbeda-beda tergantung pada jenis miso yang digunakan untuk sup, cara mengambil kaldu dari katsuobushi dan keterampilan orang yang membuatnya.
Pada kebudayaan Jepang yang menjadikan nasi atau nasi dari berbagai jenis padi-padian sebagai makanan utama, sup miso mempunyai peran penting sebagai makanan pendamping yang paling utama. Pada umumnya, makanan utama sehari-hari orang Jepang sejak zaman dulu disebut 一汁一菜 (ichijū issai ) yakni satu set berupa nasi dengan sup seperti sup miso dan satu jenis lauk.
Fungsi
Di dalam budaya makan Jepang yang biasanya rendah protein, sup miso berfungsi sebagai penambah nafsu makan, sumber protein, dan sumber garam. Sup miso berbeda fungsinya dengan sup dalam budaya makan Eropa. Di dalam budaya Jepang, sup miso bukan dipakai sebagai kuah untuk makan nasi, berbeda dengan makan Eropa yang menempatkan roti adalah makanan utama sedangkan sup dibuat untuk menikmati roti yang sudah agak keras.
Miso adalah bumbu masak yang aromanya mudah hilang jika lama dimasak dengan suhu tinggi, sehingga api harus segera dimatikan pada saat sup mulai mencapai titik didih. Sup miso mempunyai berbagai macam nama bergantung pada isi, misalnya Kenchin-jiru (isi sayur-sayuran saja), Butajiru atau Tonjiru (isi sayur-sayuran dan daging babi), Sampe-jiru (isi ikan Salmon asin) dan sebagainya. Masakan Jepang yang disebut Nabe walaupun ditambah dengan miso tidak dianggap sebagai sup miso.
Sejarah
Konon sup miso sudah dikenal orang Jepang sejak zaman Muromachi. Pada mulanya sup miso adalah makanan kampung yang dinikmati oleh petani, tapi kemudian menyebar ke berbagai lapisan masyarakat di seluruh Jepang menjadi menu yang tak boleh ketinggalan.
Miso dan kaldu untuk sup
Di Jepang, jenis miso yang digunakan untuk sup miso bergantung pada selera orang yang tinggal di daerah itu. Sebagian besar penduduk Prefektur Nagano menggunakan Shinshu miso, penduduk Prefektur Aichi dan Prefektur Gifu menggunakan Hatchomiso, sedangkan penduduk Kyoto menggunakan Shiro miso. Sama halnya dengan ungkapan "kecap saya paling no.1," orang Jepang sangat membanggakan miso produksi kampung halamannya yang selalu dianggap paling enak nomor satu.
Kaldu untuk sup yang disebut dashi, bisa dibuat dari konbu, ikan teri kering yang disebut niboshi dan katsuobushi. Cara membuat kaldu untuk sup bisa berbeda-beda tergantung pada orang yang memasak, ada orang yang membuat sup miso hanya dengan menggunakan katsuobushi, tapi ada juga orang yang menggunakan saba bushi bersama berbagai macam sumber kaldu, dan juga bumbu masak produksi pabrik.
Pada umumnya, miso yang dibutuhkan untuk satu mangkok sup miso sebanyak 15 gram, walaupun semuanya tergantung pada selera orang yang mau meminumnya. Perbandingan antara sup dan kadar garam biasanya sekitar 99 : 1.
Isi sup miso
Isi untuk sup sangat bervariasi tergantung pada daerah dan selera.
- Makanan laut, seperti: rumput laut (wakame), berjenis-jenis kerang, kepiting, udang karang, dan ikan,
- Semua jenis sayur-sayuran dan bahan makanan produksi pabrik, seperti lobak, Enokitake, daun bawang, kentang, bawang bombay, labu parang, aburage, tahu, natto, dan tauge.
Sup miso versi Okinawa
Restoran di Okinawa menyediakan menu sup miso yang disebut sebagai miso-jiru dan bukan miso-shiru yang merupakan cara penyebutan yang lazim untuk nama masakan ini dalam bahasa Jepang standar. Masakan sup miso ala Okinawa mempunyai isi yang sangat banyak seperti daging babi, Spam (daging babi dalam kaleng), tahu, sayur-sayuran, dan telur. Sup miso ala Okinawa kadang-kadang ada juga ditambah minyak goreng atau lard (lemak babi) jika sup tidak berisi daging.
Mochi
Mochi (Jepang: 餅; Hanzi: (麻糬)) adalah kue Jepang yang terbuat dari beras ketan, ditumbuk sehingga lembut dan lengket, kemudian dibentuk menjadi bulat. Di Jepang, kue ini sering dibuat dan dimakan pada saat perayaan tradisional mochitsuki atau perayaan tahun baru Jepang. Namun demikian, jenis kue ini dijual dan dapat diperoleh di toko-toko kue di sepanjang tahun.
Natto
Nattō (納豆 ) adalah makanan tradisional Jepang yang terbuat dari biji kedelai yang difermentasi, biasanya dimakan untuk sarapan. Nattō mengandung banyak protein namun memiliki bau yang kuat. Di Jepang nattō paling terkenal di daerah Kanto timur.
Nattō biasanya dimakan dengan nasi hangat, dicampur dengan kecap asin. Di Hokkaido dan Tohoku utara, nattō disajikan dengan gula. Nattō juga digunakan untuk makanan lain, misalnya nattō sushi, nattō toast, dalam sup miso, salad, okonomiyaki, dengan spaghetti, atau digoreng. Nattō yang dikeringkan dapat dimakan sebagai makanan ringan. Selain itu juga ada es krim nattō.
Nikujaga
Nikujaga (肉じゃが daging kentang) adalah makanan Jepang yang dibuat dari daging, kentang dan bawang bombay, direbus agar manis dengan bumbu gula, kecap asin dan mirin.
Di Jepang bagian barat, daging yang digunakan adalah daging sapi dengan kentang jenis Mayqueen. Sedangkan di Jepang bagian timur menggunakan daging babi dengan kentang jenis Danshaku.
Nikujaga berasal dari masakan stew daging yang dihidangkan oleh angkatan laut Kerajaan Inggris. Makanan ini bergizi seimbang sehingga dijadikan makanan di angkatan laut Jepang dan meluas di kalangan rakyat Jepang.
Asal-usul
Ketika sedang belajar di Portsmouth, Inggris (1870-1878), Tōgō Heihachirō sangat senang dengan makanan yang disebut beef stew. Setelah kembali ke Jepang, beef stew diputuskan menjadi makanan standar di atas kapal laut. Juru masak yang diperintahkan membuat beef stew tidak tahu resepnya, apalagi saus demiglace dan anggur juga tidak ada. Gula dan kecap asin lalu dijadikan bumbu dan ternyata enak. Masakan menjadi menu angkatan laut, tapi tidak populer di kalangan rakyat karena dibuat dari daging dan kentang yang tidak biasa dimakan orang Jepang. Nikujaga hampir dilupakan orang akibat kehidupan yang sulit sesudah Perang Dunia II. Pada pertengahan dekade 1950-an, Nikujaga kembali masuk ke dalam menu masakan, tapi baru menjadi menu sehari-hari pada pertengahan dekade 1960-an.
Nikujaga dan Kareraisu (nasi kari) merupakan salah satu contoh "masakan mama" (ofukuro no aji) yang mengingatkan orang Jepang pada masakan ibu ketika si anak masih kecil. Ibu-ibu di Jepang biasanya memiliki resep dan cara memasak Nikujaga yang unik, sehingga si anak biasanya tidak akan melupakan rasa masakan ibunya.
Nori
Nori (海苔, のり ) adalah nama dalam bahasa Jepang untuk bahan makanan berupa lembaran rumput laut yang dikeringkan. Nori digunakan sebagai hiasan dan penyedap berbagai macam masakan Jepang, lauk sewaktu makan nasi, dan bahan makanan ringan seperti senbei. Bahan baku adalah alga jenis Porphyra seperti Porphyra pseudolinearis Ueda yang dikenal sebagai Iwanori dan Porphyra yezoensis Ueda.
Walaupun warna tidak dapat dijadikan pegangan kualitas, lembaran nori berkualitas tinggi umumnya berwarna hitam kehijauan, sedangkan nori berkualitas lebih rendah berwarna hijau hingga hijau muda.
Jepang, RRC, dan Korea merupakan produsen nori terbesar di dunia. Di RRC, nori disebut sebagai hǎitái (海苔), dan di Korea disebut gim (김).
Korea terkenal dengan nori berbumbu minyak wijen, cabai, dan butiran garam yang agak kasar sehingga berbau khas dan terasa agak pedas.
Jenis-jenis Nori
Ukuran standar satu lembar Nori di Jepang adalah 21 cm. x 19 cm. yang kemudian dipotong-potong tergantung pada keperluannya. Dilihat dari ukuran besarnya, Nori terdiri dari beberapa jenis:
- Yakinori ukuran standar
- Nori tawar untuk menggulung Temakizushi dan Makizushi.
- Yakinori tipe setengah
- Satu lembar Nori ukuran standar dibagi dua, digunakan untuk membungkus seluruh bagian Onigiri.
- Yakinori tipe sepertiga
- Satu lembar Nori dibagi tiga, dilekatkan di bagian dasar Onigiri sehingga mudah dipegang dengan tangan.
- Ajitsuke Nori atau Okazunori
- Satu lembar Nori standar yang sudah diberi berbumbu garam dapur, kecap asin, gula atau mirin dipotong menjadi 8 atau 12 potongan kecil. Pada umumnya dimakan sebagai teman makan nasi sewaktu sarapan pagi atau dimakan begitu saja sebagai makanan ringan.
- Mominori
- Ajitsuke Nori yang sudah diberi berbumbu garam, kecap asin, gula atau mirin dan dicabik-cabik sampai menjadi potongan berukuran kecil yang tidak seragam. Digunakan sebagai hiasan pada makanan Jepang seperti Donburi atau Chirashizushi
- Kizaminori
- Yakinori yang dipotong halus-halus dengan ukuran seragam, berfungsi sebagai hiasan seperti Mominori.
- Aonori
- Nori berwarna hijau berbentuk serbuk kasar berukuran 2-3 mm. yang ditaburkan di atas Okonomiyaki, Takoyaki, dan Yakisoba. Berbeda dengan bahan baku untuk Nori standar, Aonori menggunakan alga berwarna hijau jenis Monostroma and Enteromorpha yang banyak dibudidayakan di Teluk Ise, Prefektur Mie sebagai bahan baku.
Kemasan Nori
Nori dikemas dalam kemasan kantong plastik, botol plastik atau kaleng kedap udara karena sifat Nori yang mudah kehilangan rasa garing dan mudah menjadi lembab. Ajitsuke Nori (Okazu Nori) lebih mudah menjadi lembab dibandingkan Nori biasa, oleh sebab itu Ajitsuke Nori biasanya dikemas dalam bungkusan-bungkusan kecil yang hanya berisi beberapa lembar Nori ukuran mini. Walaupun kemasan Nori banyak menggunakan gel silika dan bahan-bahan lain sebagai penyerap kelembaban, Nori yang sudah dibuka kemasannya sebaiknya segera dihabiskan secepat mungkin sebelum menjadi lembab dan tidak enak.
Budidaya rumput laut
Pada musim gugur di saat suhu air laut sekitar 20℃, di laut yang berada di dekat mulut sungai dipasang sangkutan rumput laut yang berbentuk jala. Spora rumput laut menempel pada jala dan tumbuhan berkembang biak dengan cepat. Panen sudah dapat dilakukan di musim dingin tahun yang sama di saat tanaman berumur sekitar 45 hari. Setelah panen pertama, rumput laut masih bisa dipanen berulang kali dengan masa istirahat 10 hari.
Cara tradisional pembuatan Nori:
- Rumput laut hasil panen ditumbuk sampai menjadi bubur
- Bubur rumput laut dilebarkan seperti kertas di atas papan
- Nori dijemur di bawah sinar matahari hinga kering
Oden
Oden (おでん atau 御田 ) adalah masakan Jepang berupa berbagai bahan yang direbus di dalam kuah (dashi) yang antara lain dibuat dari katsuobushi, kombu, dan kecap asin. Bahan-bahan yang dimasukkan bisa beraneka ragam, dan tidak terbatas pada lobak, konnyaku, telur rebus, dan chikuwa.
Oden lebih merupakan makanan yang dimakan di musim dingin, dimakan begitu saja selagi masih panas-panas. Makanan ini lebih merupakan jajanan atau sebagai teman minum sake. Beberapa potong isi oden ditusuk dengan tusukan dari bambu agar mudah dimakan. Oden biasanya dimakan dengan mustard, dengan pengecualian beberapa daerah di Jepang yang memakannya dengan saus manis dari miso.
Bahan untuk kuah (dashi) dan isi oden bisa beraneka macam, bergantung pada daerah dan selera orang yang membuat. Isi oden biasanya adalah produk makanan jadi yang sudah matang dan tersedia di toko. Oden di daerah Kansai direbus dengan kuah yang umumnya lebih pekat dan lebih asin dibandingkan oden di daerah Kanto yang tidak begitu asin. Di daerah Kansai, oden yang berkuah kental disebut Kanto-ni (rebusan ala Kanto). Di Taiwan, makanan ini disebut Oren (黑輪), sedangkan di Shanghai disebut sebagai Aódiǎn (熬点).
Asal-usul
Oden berasal dari masakan yang disebut Miso dengaku atau cukup disebut dengaku. Di zaman sekarang, dengaku hanya berarti "Yaki dengaku" berupa tahu atau mochi beroles miso yang ditusuk dengan tusukan bambu sebelum dipanggang. Tapi di zaman dulu, dengaku bisa juga berupa berbagai bahan makanan yang direbus dan dimakan bersama miso. Di kalangan ibu rumah tangga, dengaku disingkat sebagai den. Setelah ditambah awalan "o," nama masakan ini berubah menjadi "Oden". Sementara itu, istilah "dengaku" menjadi hanya digunakan untuk makanan panggang Yaki dengaku.
Di zaman Edo mulai dijual kecap asin (shoyu) yang lebih kental dan disebut Koi-kuchi shōyu. Kecap asin ini melahirkan oden gaya baru dengan kuah kental berbumbu kecap asin. Masakan oden gaya baru ini diperkenalkan ke daerah Kansai dan populer dengan sebutan "Kanto-daki" (rebus ala Kanto). Sementara itu, masakan ini di Edo justru dilupakan orang. Di daerah Kansai yang penduduknya banyak mengkonsumsi kombu, bahan kuah untuk masakan ini ditambah dengan kombu.
Setelah peristiwa Gempa bumi besar Kanto, tim bala bantuan dari daerah Kansai membuka dapur umum di Tokyo untuk para korban gempa bumi. Masakan yang banyak disediakan adalah makanan yang mudah dibuat, dan salah satu di antaranya adalah "Kanto-daki" yang dulunya diperkenalkan orang Kanto ke daerah Kansai.
Di waktu malam, di sudut-sudut kota di Jepang dulunya sering dijumpai pedagang kaki lima yang disebut Oden-ya (tukang oden), tapi pemandangan ini sekarang sudah langka. Sebagai penggantinya, warung serba ada mulai menjual oden sejak cuaca makin sejuk dan berlanjut hingga di awal musim semi.
Okonomiyaki
Okonomiyaki (お好み焼き ) adalah makanan Jepang dengan bahan tepung terigu yang diencerkan dengan air atau dashi, ditambah kol, telur ayam, makanan laut atau daging babi dan digoreng di atas penggorengan datar yang disebut teppan.
Okonomiyaki adalah salah satu jenis masakan teppanyaki yang bisa dimakan begitu saja atau sebagai lauk teman nasi putih. Okonomiyaki sering dimakan dngan sendok datar yang disebut kote (hera) yang juga berfungsi sebagai sodet sewaktu membalik okonomiyaki.
Dalam bahasa Jepang, okonomi berarti "suka-suka" (yang disuka, yang diinginkan) dan yaki berarti "panggang" (istilah "goreng" hanya digunakan di Jepang bila makanan digoreng dengan minyak yang sangat banyak). Sesuai dengan namanya, lapisan atas (topping) okonomiyaki bisa disesuaikan dengan selera orang yang mau memakan.
Berdasarkan cara pembuatan dan bahan yang digunakan, okonomiyaki dibagi menjadi dua jenis:
- Okonomiyaki ala Kansai
- irisan kol dicampur dengan adonan seperti sewaktu membuat puyonghai
- Okonomiyaki ala Hiroshima (Hiroshimayaki)
- irisan kol hanya diletakkan di atas adonan yang dilebarkan di atas penggoreng seperti sewaktu membuat panekuk.
Tepung okonomiyaki siap pakai sudah mengandung baking powder, garam dan dashi agar okonomiyaki yang dihasilkan tidak keras. Parutan sejenis umbi bernama yamaimo sering ditambahkan ke dalam adonan okonomiyaki agar okonomiyaki menjadi lebih enak.
Asal-usul
Okonomiyaki berasal dari makanan ringan bernama Funoyaki berupa adonan dari terigu dan air yang digoreng. Di era Meiji, makanan ringan yang disebut Dondonyaki merupakan perkembangan funoyaki dengan tambahan nori, sosis ikan dengan bumbu saus dan digulung dengan sumpit sekali pakai. Di era Showa, dondonyaki berkembang menjadi Kyabetsuyaki yang menggunakan saus uster. Di Tokyo, dondonyaki berubah bentuk menjadi goreng adonan tepung encer di atas teppan yang disebut Monjayaki. Okonomiyaki seperti yang ada sekarang di daerah Kansai dan Hiroshima merupakan bentuk mutakhir dari Kyabetsuyaki.
Menurut cerita yang tidak jelas asal-usulnya, okonomiyaki diciptakan pelaut angkatan laut Jepang yang mengaduk-aduk tepung terigu di kota Kure, Prefektur Hiroshima karena ingin makan pizza seperti yang pernah dimakannya di Italia. Pelaut yang menciptakan okonomiyaki pulang ke tempat asalnya di Osaka untuk memperkenalkan okonomiyaki di daerah Kansai.
Okonomiyaki ala Kansai
Ciri khas
Pada okonomiyaki ala Kansai, irisan kol dicampur dengan adonan tepung terigu sebelum digoreng. Jenis okonomiyaki yang paling klasik disebut butatama dengan isi berupa irisan tipis daging babi dan ikatama dengan isi berupa irisan cumi-cumi. Modanyaki (modernyaki) adalah jenis okonomiyaki dengan tambahan mi yang sudah dikukus agar orang yang makan menjadi cepat kenyang.
Di zaman sekarang, rumah makan okonomiyaki menyediakan banyak sekali pilihan isi, mulai dari irisan daging sapi, kerang, udang, daun bawang, tenkasu, benishōga (asinan jahe berwarna merah), kimchi, mochi, hingga jagung dalam kaleng dan keju.
Di daerah Kansai terdapat banyak rumah makan khusus okonomiyaki yang hanya menyediakan adonan dan pilihan isi. Pengunjung bisa menggoreng sendiri okonomiyaki di atas meja atau dibantu juru masak restoran.
Saus okonomiyaki ala Kansai
Kental dan lengket adalah ciri khas saus okonomiyaki daerah Kansai. Ikari dan Oliver adalah merek saus okonomiyaki yang terkenal di daerah Kansai, walaupun masih banyak lagi produsen saus yang lain. Produsen saus dari Hiroshima dengan merek Otafuku Sauce juga memasarkan saus di daerah Kansai.
Saus juga sering dibuat dari campuran dorosauce (saus manis dan kental dengan rasa sedikit rasa pedas) dan saus uster. Variasi lain saus dibuat dari campuran saus tonkatsu dengan saus uster.
Mayones pada okonomiyaki
Sebagian besar penjual okonomiyaki di daerah Kansai terutama di Osaka menambahkan mayones sebagai penyedap. Menurut sebagian orang, perpaduan harmonis antara manisnya saus okonomiyaki dan rasa mayones yang gurih membuat okonomiyaki menjadi lebih enak. Sebagian besar penjual okonomiyaki di kota Kobe tidak menyukai penambahan mayones pada okonomiyaki karena dianggap merusak rasa. Mayones hanya diberikan kepada pengunjung restoran kalau memang diminta.
Okonomiyaki ala Hiroshima biasanya tidak menggunakan mayones, walaupun akhir-akhir ini mulai banyak penjual yang menggunakan mayones untuk mengikuti selera orang.
Di luar daerah Kansai
Daerah Kanto
Okonomiyaki dibuat dengan cara yang kurang lebih sama, tapi dengan adonan yang lebih encer karena pengaruh Monjayaki. Okonomiyaki yang dijual di daerah Kanto juga menjadi lebih tipis.
Penjual okonomiyaki di daerah Kanto biasanya tidak memiliki menu Modanyaki (okonomiyaki dengan tambahan mi), karena mi goreng merupakan menu restoran Tionghoa yang dianggap tidak perlu ada di dalam menu restoran okonomiyaki.
Daerah Tokai
Okonomiyaki yang dijual di daerah Tokai mencampurkan asinan lobak berwarna kuning yang disebut (takuan). Di kota Shizuoka, okonomiyaki merupakan makanan murah yang dijual di toko makanan ringan tradisional (dagashiya) bersama-sama dengan Oden.
Di Nagoya, isi okonomiyaki langsung dimasukkan ke dalam adonan sebelum digoreng. Okonomiyaki asal Nagoya biasanya menggunakan saus okonomiyaki produksi perusahaan Kagome.
[sunting] Daerah Okinawa
Hirayacha adalah sebutan untuk okonomiyaki khas Okinawa yang lebih kelihatan mirip masakan Korea bernama Jijimi. Hirayacha merupakan makanan yang dibuat sendiri di rumah dengan isi sejenis daun kucai (nira), daun bawang atau ikan tuna.
Okonomiyaki ala Hiroshima
Ciri khas
Perbedaan utama okonomiyaki ala Hiroshima dengan okonomiyaki ala Kansai adalah pada cara menggoreng. Kol dan bahan-bahan isi tidak dicampur ke dalam adonan sebelum digoreng, melainkan diletakkan di atas adonan yang digoreng dengan bentuk lingkaran seperti panekuk.
Mi goreng (Yakisoba) dan udon merupakan topping standar untuk okonomiyaki ala Hiroshima. Di luar kota Hiroshima, okonomiyaki ala Hiroshima disebut sebagai Hiroshimayaki.
Asal-usul
Pedagang di kawasan kaki lima yang sekarang disebut Okonomiyakimura merupakan pencipta okonomiyaki ala Hiroshima di sekitar tahun 1950-an. Kios okonomiyaki bernama Metchan dan Zensan, keduanya merupakan perintis okonomiyaki ala Hiroshima. Okonomiyaki ala Hiroshima dibuat dengan mencontoh Kyabetsuyaki, tapi dengan rasa yang lebih mirip Negiyaki (okonomiyaki dengan banyak sekali potongan daun bawang).
Pada waktu itu, okonomiyaki dibuat dengan melebarkan adonan tepung di atas teppan dengan isi berupa daun bawang dan tenkasu. Okonomiyaki dilipat menjadi dua sebelum diserahkan kepada pembeli dengan alas potongan kertas koran. Sampai saat ini, okonomiyaki Hiroshima gaya lama dengan isi telur goreng masih bisa dijumpai di toko swalayan di daerah Hiroshima.
Keadaan ekonomi yang sulit sesudah perang membuat daun bawang terpaksa digantikan dengan kol atau tauge yang lebih murah dan lebih mudah didapat. Mi ditambahkan sebagai isi okonomiyaki agar orang cepat kenyang karena harga beras yang mahal.
Pada awalnya, okonomiyaki ala Hiroshima menggunakan saus uster. Saus uster juga digunakan untuk membumbui yakisoba sebelum ditambahkan ke dalam okonomiyaki. Porsi sayur-sayuran dan daging yang menjadi semakin banyak sejalan perbaikan keadaan ekonomi memerlukan saus dengan rasa yang lebih kuat. Produsen saus menanggapi keadaan dengan menciptakan saus uster yang kental dan manis yang disebut saus okonomiyaki.
Penemuan saus okonomiyaki mengakibatkan okonomiyaki tidak lagi dilipat dua, melainkan dihidangkan begitu saja setelah diolesi saus. Pada sekitar tahun 1955, okonomiyaki ala Hiroshima sudah memiliki bentuk dan rasa yang mirip dengan okonomiyaki sekarang ini. Peran okonomiyaki juga berubah perlahan-lahan dari makanan ringan menjadi makanan utama.
Saus ala Hiroshima
Rumah makan okonomiyaki di Hiroshima sebagian menggunakan saus merek Otafuku yang diproduksi produsen saus kebanggaan orang Hiroshima. Merek-merek saus lain yang digunakan di Hiroshima misalnya Carp, Mitsuwa dan Sennari.
Di pintu masuk rumah makan okonomiyaki di Hiroshima biasanya dipasang noren (kain tirai) bertuliskan merek saus yang dipakai untuk memberi tahu pengunjung merek saus yang digunakan. Produsen saus juga sering mengiklankan merek saus pada kote (hera) yang digunakan untuk makan okonomiyaki.
Onigiri
Onigiri (おにぎり, 御握り ) adalah nama Jepang untuk makanan berupa nasi yang dipadatkan sewaktu masih hangat sehingga berbentuk segi tiga, bulat, atau seperti karung beras. Dikenal juga dengan nama lain Omusubi, istilah yang kabarnya dulu digunakan kalangan wanita di istana kaisar untuk menyebut Onigiri. Onigiri dimakan dengan tangan, tidak memakai sumpit.
Di Indonesia, Onigiri bisa dijumpai di bagian makanan Jepang toko swalayan terkemuka dan di restoran yang menyediakan makanan Jepang. Di negeri Tiongkok, Onigiri dikenal dengan nama fàntuán(飯糰)
Cara membentuk nasi
Nasi yang digunakan untuk membuat Onigiri sebaiknya beras yang memiliki kadar kanji tinggi seperti beras jenis Japonica sedangkan beras yang dimakan di negara-negara Asia Tenggara adalah beras jenis Indica. Nasi yang ditanak dari beras Japonica mudah melekat satu sama lainnya sehingga mudah dibentuk menjadi Onigiri.
Sebelum membuat Onigiri, kedua belah tangan harus dibasahkan dengan air matang agar nasi tidak melekat di tangan. Onigiri dibentuk oleh kedua telapak tangan yang diberi garam dapur, sedangkan garam yang menempel di permukaan telapak tangan diratakan penyebarannya dengan gerakan seperti mencuci tangan.
Onigiri jenis paling sederhana biasanya berisi daging ikan salmon panggang atau Umeboshi yang berada di tengah-tengah nasi. Selain itu, Onigiri ada yang dipanggang setelah sebelumnya dilumuri kecap asin atau miso.
Di Jepang, Onigiri merupakan bekal makan siang sewaktu piknik atau dimakan di perjalanan. Nasi pada Obento (kotak makan siang khas Jepang) sering berupa Onigiri. Walaupun banyak sekali orang Jepang yang membeli Onigiri produksi pabrik yang dijual di toko swalayan yang buka 24 jam, Onigiri merupakan makanan yang dibuat sendiri di rumah yang cara pembuatannya diwariskan secara turun temurun.
Sejarah Onigiri
Pada tahun 1987 ditemukan gumpalan butiran nasi yang terkarbonisasi peninggalan zaman Yayoi dari penggalian arkeologi yang dilakukan di Prefektur Ishikawa. Dari nasi berbentuk Onigiri yang sudah terkarbonisasi tersebut ditemukan sisa bekas ditekan-tekan jari tangan manusia. Selain itu, nasi yang dibentuk mirip Onigiri juga ditemukan di situs penggalian Prefektur Kanagawa
Jenis-jenis Onigiri
Di Jepang terdapat beratus-ratus jenis Onigiri dengan isi yang bervariasi tergantung selera orang yang membuatnya. Nori sering digunakan untuk membungkus agar lebih mudah dimakan tanpa ada nasi yang menempel di tangan, walaupun berbagai jenis Onigiri tanpa Nori juga sering dijumpai.
Osechi
Osechi-ryōri (御節料理 , masakan osechi) adalah masakan yang disiapkan untuk menandai pergantian musim, dan sekarang digunakan untuk menyebut berbagai makanan istimewa untuk merayakan tahun baru di Jepang. Sering cuma disebut osechi atau shōgatsu-ryōri (正月料理 , masakan tahun baru).
Makanan tahun baru ditata rapi di dalam kotak kayu bersusun yang disebut jūbako (重箱 ). Pada umumnya hanya lauk yang ditata di dalam kotak kayu bersusun yang bisa disebut masakan osechi. Kotak kayu bersusun untuk masakan osechi dipercaya sebagai perlambang keberuntungan yang berlipat-lipat.
Asal-usul
Dalam bahasa Jepang, istilah "osechi" dulunya berarti pergantian musim yang dikenal dengan sebutan sechi-nichi atau sekku. Hari pergantian musim dirayakan dengan memasak makanan khusus yang disebut Osechi-ryōri (masakan pergantian musim).
Sejak zaman dulu, awal tahun baru (tanggal 1 bulan 1) merupakan salah satu hari pergantian musim (sechi-nichi) untuk merayakan kepulangan dewa padi ke gunung. Di zaman sekarang, perayaan tahun baru merupakan satu-satunya perayaan pergantian musim yang tersisa di Jepang, sehingga istilah osechi hanya digunakan untuk makanan tahun baru.
Secara tradisional, osechi terdiri dari:
- O-toso (お屠蘇 ): sake untuk kesehatan yang diminum di pagi hari awal tahun
- Iwaizakana (祝い肴 ): tiga macam makanan untuk teman minum sake
- Zōni: sup berisi mochi
- Nishime: sayur-sayuran dimasak dengan kuah dashi, kecap asin, dan mirin (gula pasir).
Macam makanan kecil untuk teman minum sake, dan sayur-sayuran untuk dimasak nishime berbeda-beda menurut daerahnya di Jepang.
Sebagian besar makanan osechi dimasak sangat manis, asin, atau diacar dengan cuka. Makanan juga harus dimasak hingga betul-betul kering agar tahan lama. Selama tahun baru, orang dilarang menyalakan api karena dewa api dipercaya bakal marah melihat orang memasak. Kebiasaan tidak memasak selama hari tahun baru sudah ada di Jepang sejak paruh kedua zaman Heian. Tradisi tidak memasak pada awal tahun mungkin dibuat agar ibu rumah tangga bisa sedikit beristirahat.
Di zaman sekarang, osechi sering berarti makanan mewah untuk tahun baru. Makanan osechi bukan saja berupa makanan khas Jepang yang dimasak dengan kecap asin, gula, atau mirin, tapi bisa juga berupa makanan Barat dan makanan Cina. Masakan osechi ala Barat disebut seiyō-osechi (西洋お節 ), sedangkan masakan osechi ala Tionghoa disebut chūkafū osechi (中華風お節 ). Makanan osechi yang dulunya merupakan masakan rumah sekarang bisa dipesan di toko swalayan, rumah makan, dan toko kelontong.
Ragam masakan
Makanan inti
- Tatsukuri, Tazukuri (田作り , pembuat padi)
- Sejenis ikan teri yang disebut gomame digongseng dengan bumbu kecap asin dan mirin. Masakan ini merupakan perlambang hasil panen yang melimpah, karena di zaman dulu ikan ini digunakan sebagai pupuk berkualitas tinggi.
- Kazunoko (数の子 )
- Telur ikan berwarna kuning yang digunakan sebagai harapan dikaruniai banyak anak di tahun yang baru.
- Kuromame (黒豆 )
- Kacang berwarna hitam yang dipercaya bisa menangkal roh jahat. Selain itu, mame dalam bahasa Jepang bisa berarti "bekerja sekuat tenaga" dan "kesehatan", dan dimakan sebagai harapan agar sehat sepanjang tahun.
- Tataki-gobō (たたき牛蒡 )
- Akar gobo yang berwarna hitam terlihat seperti burung dalam mitologi yang terbang ketika ada panen yang berlimpah.
Makanan pelengkap
- Datemaki
- Datemaki adalah telur dadar yang digulung bagaikan kitab sutra, sehingga dimakan sebagai perlambang kebijakan dan pengetahuan. Di daerah Kansai, datemaki digantikan dashimaki.
- Kurikinton
- Makanan ini terlihat mewah dan nama makanan ini dalam bahasa Jepang berarti gumpalan emas (kinton) dari buah kastanye (kuri)
- Kombumaki
- Kombu masak nimono digunakan sebagai makanan tahun baru karena kombu terdengar mirip kata yorokubu (kegembiraan).
- Kamaboko berwarna merah putih
- Makanan olahan dari surimi, berwarna putih dengan sedikit warna merah di bagian pinggir, dipakai untuk melambangkan beras merah dan beras putih.
- Otafuku-mame
- Kacang pembawa keberuntungan dengan rasa manis.
Acar
- Acar sayur-sayuran berwarna merah dan putih
- Acar lobak
- Acar umbi seroja
Makanan panggang
- Ikan sunglir (buri) bakar
- Orang Jepang menyebut ikan ini dengan nama yang berbeda-beda sesuai dengan usia ikan. Ikan yang berhasil menjadi dewasa disebut buri, sehingga dipakai sebagai simbol keberhasilan dan sukses.
- Ikan kakap bakar
- Ikan kakap merupakan salah satu ikan persembahan untuk dewa, sekaligus nama ikan ini dalam bahasa Jepang terdengar mirip kata "medetai" (kegembiraan).
- Udang bakar
- Sungut udang yang panjang dan melengkung dipakai sebagai perlambang orang yang sudah tua, sehingga dimakan sebagai harapan bisa berumur panjang.
- Belut unagi panggang
- Belut unagi adalah ikan yang pandai memanjat sehingga digunakan untuk mendoakan keberhasilan yang cepat.
Kotak kayu untuk osechi
Secara tradisional kotak kayu (jūbako) untuk masakan osechi terdiri dari 5 susun, walaupun kotak bersusun tiga juga lazim dijumpai sekarang. Kotak kayu dihitung dari atas dan diberi nama: ichi no jū, ni no jū, san no jū, yō no jū, dan go no jū, yang berarti tumpukan kotak nomor 1 hingga nomor 5. Kotak nomor 4 tidak disebut shi no jū, karena angka 4 (shi) terdengar sama dengan "shi" yang berarti "mati". Berdasarkan alasan yang sama, kotak nomor 4 pada kotak bersusun empat disebut go no jū.
Kotak lima susun
- Kotak nomor 1: Iwaizakana
- Kotak nomor 2: Acar dan Makanan pelengkap
- Kotak nomor 3: Makanan panggang
- Kotak nomor 4: Nimono
- Kotak nomor 5: Kosong
- Kotak paling bawah sengaja dikosongkan dan tidak diisi makanan, digunakan sebagai simbol tempat yang masih kosong untuk menampung rezeki.
Kotak tiga susun
- Kotak nomor 1: Iwaizakana, makanan pelengkap
- Kotak nomor 2: Makanan panggang, Acar
- Kotak nomor 3: Nimono
Ramen
Ramen (拉麺;ラーメン ) adalah masakan mi kuah Jepang yang berasal dari Cina. Orang Jepang juga menyebut ramen sebagai chuka soba (中華そば soba dari Cina) atau shina soba (支那そば ) karena soba atau o-soba dalam bahasa Jepang sering juga berarti mi.
Ciri khas
Rebusan mi hasil buatan tangan atau buatan mesin diceburkan ke dalam sebuah mangkuk berisi kuah yang dibuat dari berbagai jenis kaldu (umumnya dengan dasar kaldu babi). Pada umumnya chasiu, menma, dan irisan daun bawang ditambahkan di atas mi sebagai lauk atau penyedap.
Mi yang biasanya berwarna kuning dibuat dari terigu dengan kadar gluten tinggi ditambah air dan bahan kimia tambahan seperti potasium karbonat, natrium karbonat dan kadang-kadang asam fosfat. Bahan-bahan kimia yang bersifat alkali mengubah sifat alami gluten dalam tepung terigu dan membuat mi menjadi kenyal sekaligus mengaktifkan senyawa flavonoid yang terkandung dalam tepung terigu sehingga mi berwarna kuning. Perbandingan air dan tepung terigu adalah kira-kira 1 : 35%, semakin banyak air maka semakin lunak pula mi yang dihasilkan.
Pada zaman dulu pembuatan mi di Cina menggunakan air asin dari danau Kan di pedalaman Mongolia yang mengandung garam mineral alami. Di Jepang, bahan kimia tambahan untuk membuat mi sampai sekarang ini masih disebut kansui (鹹水, secara harafiah: air dari Danau Kan). Seusai Perang Dunia II, bahan kimia tambahan untuk mi yang berbahaya untuk kesehatan banyak beredar di pasaran, tapi sekarang bahan kimia tambahan sudah diatur dalam standar JAS. Bahan kimia tambahan untuk mi juga mempunyai bau tidak enak yang sering tidak disukai orang, sehingga di Jepang juga dibuat mi yang menggunakan telur sebagai pengganti bahan kimia.
Di atas ramen umumnya ditambahkan penyedap berupa beraneka ragam lauk seperti: chasiu, menma, telur rebus, sayuran hijau (seperti bayam), irisan daun bawang, nori, atau narutomaki sebagai hiasan. Telur rebus untuk ramen biasanya berwarna coklat karena direbus di dalam kuah bekas rebusan chasiu. Sayuran sekaligus penyedap yang paling umum untuk ramen adalah irisan daun bawang. Sebelum ditambahkan ke dalam ramen, sebagian penjual ramen lebih dulu menggoreng irisan daun bawang di dalam minyak goreng.
Kuah
Ramen adalah makanan rakyat banyak di Jepang. Kuah ramen mempunyai banyak sekali variasi rasa yang ditentukan oleh jenis kaldu yang digunakan, bumbu dan lauk yang ditambahkan di atas mi. Bahan-bahan produksi lokal dari berbagai daerah sering digunakan untuk menghasilkan rasa lokal yang khas dan disukai penduduk setempat.
Kaldu untuk kuah bisa diambil dari campuran berbagai bahan seperti tulang babi, tulang sapi, tulang ayam, katsuobushi, sababushi, niboshi, konbu, kacang kedelai gongseng, shiitake, bawang bombay atau daun bawang.
Ramen bisa digolongkan berdasarkan jenis-jenis kuah misalnya kuah rasa kecap asin, kuah rasa tonkotsu (tulang babi), rasa shio (garam), dan rasa miso
Kuah rasa kecap Jepang
Ramen dengan kuah rasa kecap asin (shoyu) adalah jenis ramen yang paling umum di Jepang, terutama di Pulau Honshu. Kuah berasal dari rebusan tulang ayam dan sayur-sayuran. Kuah berwarna sedikit cokelat karena saus dengan bahan utama kecap asin yang dituang di dasar mangkuk. Sebagai penyedap biasanya ditambahkan merica dan rayu (minyak wijen pedas).
Kuah rasa tonkotsu (tulang babi)
Kuah berwarna putih agak kental, gurih, berminyak-minyak karena kaldu dari tulang babi. Ramen rasa tonkotsu berasal dari Kyushu. Rasa kuah tidak begitu asin, dan kadang-kadang ada juga kuah yang berwarna putih kecoklatan. Di Tokyo dikenal tonkotsu shoyu ramen yang kuahnya merupakan perpaduan saus kecap asin ditambah kuah tulang babi yang sangat kental.
Kuah rasa shio (garam)
Kuah berbumbu garam berwarna hampir bening, contohnya adalah ramen hakodate. Asal-usulnya adalah masakan mi Cina yang diperkenalkan sebagai ramen hokkaido pada tahun 1933.
Kuah rasa miso
Kuah berbau harum yang berasal dari kaldu tulang ayam dengan tambahan miso. Ramen rasa miso konon diciptakan oleh penggemar makan yang ingin menikmati ramen bersama sup miso.
Ramen dari berbagai daerah
Hokkaido
- Kushiro ramen (Kushiro)
- Rasa kuah tidak begitu tajam, mi kecil dan halus-halus.
- Kitami ramen (Kitami)
- Kuah rasa kecap asin yang mengandung kaldu bawang bombay.
- Asahikawa ramen (Asahikawa)
- Mi berbentuk keriting.
- Sapporo ramen (Sapporo)
- Salah satu dari 3 jenis ramen yang populer di Jepang. Kuah adalah rasa miso.
- Hakodate ramen (Hakodate)
- Kuah rasa shio khas Hakodate. Sejumlah penjual ramen di kota Hakodate memakai bubuk keju sebagai penyedap.
Daerah Tohoku
- Tsugaru ramen (Hirosaki)
- Kuah rasa kecap asin dari kaldu ikan (niboshi) dan tulang ayam.
- Sendai ramen (Sendai)
- Kuah memakai miso khas kota Sendai.
- Sakata ramen (Sakata)
- Kuah rasa kecap asin dengan mi buatan tangan.
- Yonezawa ramen (kota Yanezawa)
- Kuah rasa kecap asin.
- Shirakawa ramen (Shirakawa)
- Kuah dengan rasa kecap asin yang lebih kuat dibandingkan kitakata ramen atau yonezawa ramen. Sebagian besar penjual mi menggunakan mi buatan tangan.
- Kitakata ramen (Kitakata)
- Salah satu dari 3 jenis ramen yang disukai orang Jepang. Kuah dibuat dengan air dari bawah tanah.
Daerah Kanto
- Tokyo ramen (Tokyo)
- Bahan dasar kuah tokyo ramen adalah kaldu katsuobushi ditambah saus kecap asin yang menjadi resep rahasia masing-masing penjual ramen. Di atas mi ditambahkan chasiu, bayam, telur rebus, menma, dan irisan daun bawang. Masakan mi yang sejenis seperti ogikubo ramen dan ebisu ramen masih tergolong ke dalam tokyo ramen.
- Sanmamen(生馬麺)(Yokohama)
- Mi rebus berkuah ala Cina ditambah tumis sayuran dan tauge di atasnya. Jenis mi seperti ini mulai dikenal seusai Perang Dunia II. Kuah bisa berupa rasa shio atau rasa shoyu. Lauk berupa chasiu, daun bawang, sayur bayam, dan beberapa lembar nori.
- Abura soba (kota Musashino)
- Ciri khas mi ini adalah kuah yang berminyak-minyak.
- Tonkotsu shoyu ramen (Tokyo)
- Kuah kental rasa tonkotsu (tulang babi) dan rasa kecap asin yang banyak dijual penjual mi di Tokyo.
- Hachioji ramen (Hachioji)
- Ramen dengan kuah kecap asin yang agak kental.
- Kuah rasa kecap asin dengan irisan bawang bombay.
- Sano ramen (Sano)
- Kuah rasa kecap asin dari kaldu tulang ayam dengan banyak tambahan bumbu.
- Fujioka ramen (Fujioka)
- Mie buatan tangan dengan kuah berbumbu tajam rasa kecap asin dari kaldu tulang ayam.
- Stamina ramen (Mito dan beberapa tempat lain)
- Mie kuah rasa kecap asin dengan tambahan tumis sayuran.
- Stamina ramen Prefektur Saitama
- Kuah rasa kecap asin dengan doubanjiang.
Daerah Shinetsu (Niigata) dan sekitarnya
- Ramen yang diberi irisan bawang bombay di atasnya
- Niigata ramen (kota Niigata)
- Kuah rasa kecap asin yang tidak tajam dengan tambahan minyak ayam supaya kuah tidak cepat menjadi dingin.
- Nagaoka ramen (kota Nagaoka)
- Kuah kental dengan penyedap berupa jahe segar.
- Toyama "black" (kota Toyama)
- Kuah kental rasa kecap asin yang hampir berwarna hitam sehingga sering disebut crack dari Toyama. Kuah rasa asin dan sebagai penyedap diberi lada hitam.
Daerah Tokai
- Takayama ramen (Takayama)
- Sering disebut hida ramen dengan kuah katsuobushi rasa kecap asin. Penduduk setempat menyebutnya sebagai chuka soba.
- Taiwan ramen (kota Nagoya)
- Mi dengan kuah rasa kecap asin dari kaldu ayam. Masakan mi ini pertama kali diperkenalkan oleh sebuah restoran Taiwan. Di atas mi ditambahkan tumis sayuran dengan daging, cabai, dan bawang putih.
- Betokon ramen (kota Ichinomiya)
- Kuah dengan bawang putih yang banyak. Ramen jenis ini diperkirakan tercipta di masa Perang Vietnam, namun betokon juga diperkirakan sebagai singkatan dari vietkong.
Daerah Kinki
- Ramen kyoto (Kyoto)
- Ramen kyoto memiliki tiga jenis kuah: rasa kecap asin yang kental, kuah berminyak-minyak, dan kuah sangat kental yang berminyak. Di atas mi diberi penyedap berupa tauge, chasiu, dan menma.
- Kobe ramen (Kobe)
- Jika orang memesan chasiu ramen di ramen di Kobe, maka penjual akan memberikan ramen dengan berlembar-lembar chasiu di atasnya. Di atas meja sering dihidangkan kimchi sayur kucai dan asinan lobak.
- Tenri ramen (Tenri)
- Kuah rasa kecap asin dengan bumbu doubanjiang dan bawang putih. Di atas mi ditambahkan tumis sawi putih dan kucai.
- Wakayama ramen (kota Wakayama)
- Kuah kental rasa tonkotsu dengan saus kecap asin. Di atas mi ditambahkan kamaboko. Penjual mi banyak menggunakan kecap asin karena kota Wakayama adalah pusat industri kecap asin.
- Banshu ramen (kota Nishiwaki)
- Kuah rasa kecap asin.
Daerah Chugoku dan Shikoku
- Sanuki ramen (asal kota Mitoyo)
- Daerah ini terkenal dengan produksi udon buatan tangan, sehingga penjual ramen juga menggunakan mi buatan sendiri. Kuah dengan rasa tidak tajam merupakan perpaduan antara rasa kuah udon dan kuah ramen.
- Okayama ramen (asal kota Okayama)
- Di kota Okayama terdapat banyak sekali penjual ramen yang menjual ramen yang dibuat dengan resep khas, namun umumnya menggunakan kuah kecap asin.
- Fukuyama ramen (kota Fukuyama)
- Kuah fukuyama ramen hampir sama dengan onomichi ramen tapi dengan rasa tidak terlalu tajam.
- Onomichi ramen (kota Onomichi)
- Kuah hampir bening rasa kecap asin dari kaldu makanan laut atau tulang ayam.
- Hiroshima ramen (kota Hiroshima)
- Kuah kecap asin dengan tambahan tauge diatasnya.
- Tokushima Ramen (kota Tokushima)
- Kuah kecap asin yang sedikit asin-pedas mirip sukiyaki ala Kansai. Penduduk setempat sering makan nasi dengan lauk ramen.
- Nabeyaki ramen (kota Susaki)
- Kuah rasa kecap asin yang dihidangkan dalam panci enamel. Di atas mi ditambahkan daging ayam, daun bawang, chikuwa dan telur mentah. Mi ini dimakan bersama asinan lobak. Ramen sering dimakan penduduk setempat bersama-sama dengan nasi.
Daerah Kyushu
- Hakata ramen (Fukuoka)
- Hakata ramen adalah ramen dengan kuah rasa tonkotsu. Di kota ini dikenal sistem tambah mi di dalam kuah dan mangkuk yang sama. Hal ini disebabkan mi untuk hakata ramen mudah menjadi melar di dalam kuah.
- Nagahama ramen (Fukuoka)
- Pada dasarnya hampir sama dengan hakata ramen, namun dengan rasa kuah yang sedikit kurang tajam.
- Kurume ramen (kota Kurume)
- Kuah rasa tonkotsu dengan penyedap berupa parutan bawang putih, wijen, dan jahe segar.
- Kumamoto ramen (kota Kumamoto)
- Kuah rasa tonkotsu dengan campuran kaldu tulang ayam. Kumamoto ramen sejenis dengan kurume ramen.
- Miyazaki ramen (kota Miyazaki)
- Ramen Kuah rasa tonkotsu dengan bumbu garam dan kecap asin. Mi ini dimakan bersama asinan lobak. Penyedap berupa campuran kecap asin dan bawang putih.
- Kagoshima ramen (kota Kagoshima)
- Kuah mempunyai rasa khas dari campuran kaldu tulang babi, kaldu tulang ayam, dan sayuran. Mi terlihat agak putih. Sebagai penyedap ditambahkan irisan daun bawang dalam jumlah banyak.
Galeri berbagai jenis ramen
Sejarah
Menurut catatan sejarah Tokugawa Mitsukuni (Mito Komon) sering disebut sebagai orang Jepang yang pertama kali makan ramen. Masakan mi kuah ala Cina pertama kali dihidangkan untuk Tokugawa Mitsukuni. Pembuatnya adalah seorang ilmuwan Konghucu dalam pengasingan dari Dinasti Ming yang diundang untuk datang ke Domain Mito.
Ramen diperkirakan mulai dinikmati rakyat banyak pada zaman Meiji. Pada waktu itu, ramen sudah masuk ke dalam menu berbagau rumah makan di kawasan permukiman keturunan Cina di Kobe dan Yokohama. Setelah itu, pada zaman Taisho, penjual mi di Hokkaido sudah menjual ramen seperti ramen yang dikenal orang sekarang ini.
Di Jepang, mi kuah umumnya terdiri dari dua aliran:
- Mi kuah dalam menu rumah makan yang dikelola imigran dari Cina, misalnya mi kuah dengan tauge, mi kuah tanpa lauk (tanmen), mi pangsit kuah, atau mi ala Kanton. Ramen dengan rasa miso atau rasa shio juga dicantumkan dalam menu.
- Mi kuah oleh pedagang kaki lima di waktu malam yang kemudian membuka rumah makan ramen. Pedagang kaki lima yang berkeliling menjajakan ramen dengan gerobak dorong sudah ada di Jepang sejak zaman Edo. Penjual ramen berkeliling memakai gerobak sambil meniup terompet charamela. Lagu yang dibunyikan adalah nada "sol la si - sol la - sol la si la sol la -". Oleh karena itu, penjual ramen keliling dalam bahasa Jepang sering disebut charamela. Pedagang keliling zaman sekarang sudah menggunakan pemutar rekaman sebagai pengganti charamela. Selain itu, pedagang ramen sering menggunakan mobil dan membawa kursi untuk berdagang di tempat ramai.
Setiap daerah atau kota di Jepang biasanya memiliki masakan ramen khas yang dipakai sebagai daya tarik pariwisata. Tradisi ramen lokal berasal dari usaha membangkitkan perekonomian daerah pada tahun 1980-an. Salah satu di antaranya dengan mempromosikan keunikan ramen khas masing-masing daerah di Jepang. Promosi juga dilakukan lewat artikel di berbagai majalah. Salah satu promosi yang dianggap paling berhasil adalah promosi sapporo ramen. Wisatawan dalam negeri beramai-ramai mengunjungi Hokkaido untuk makan sapporo ramen. Keunikan ramen khas daerah memiliki nilai komersial yang tinggi. Di Jepang terdapat banyak sekali buku-buku laris mengenai ramen. Biro perjalanan juga menawarkan paket wisata untuk berkeliling menikmati ramen dari penjual ramen terkenal.
Sake
Sake (酒; diucapkan "sɑ.kɛ" "SA-KE") adalah sebuah minuman beralkohol dari Jepang yang berasal dari hasil fermentasi beras. Sering juga disebut dengan istilah anggur beras.
Di Jepang, kata "sake" berarti "minuman beralkohol". Di beberapa wilayah regional dapat memiliki arti yang lain. Di Kyushu Selatan, sake berarti minuman yang disuling. Di Okinawa, sake merujuk ke shōchu yang terbuat dari tebu.
Sake memiliki aroma yang mirip dengan tape beras.
Sashimi
Sashimi (刺身 ) adalah makanan Jepang berupa makanan laut dengan kesegaran prima yang langsung dimakan dalam keadaan mentah bersama penyedap seperti kecap asin, parutan jahe, dan wasabi.
Makanan laut segar seperti ikan, kerang, dan udang karang dihidangkan dalam bentuk irisan kecil yang mudah dimakan, sedang udang berukuran kecil ada yang hanya dikupas kulit dan dibuang kepalanya saja.
Tsuma adalah sebutan untuk bahan makanan penyerta yang bisa berupa lobak yang dipotong panjang-panjang dengan ukuran sangat halus, daun berwarna hijau yang disebut Oba (Aojizo), atau rumput laut seperti Wakame dan Tosakanori.
Sashimi juga berarti menikmati sesuatu dalam keadaan mentah, mulai dari potongan mentah daging Kuda (Basashi), daging ayam (Torisashi), hati ayam atau hati sapi, sampai pada potongan Konnyaku dan kembang tahu yang disebut Yuba.
Di daerah Kansai, sashimi lebih dikenal dengan sebutan O-tsukuri.
Sejarah
Ada pendapat yang mengatakan kebiasaan memakan potongan daging segar tanpa dimasak adalah sama tuanya dengan sejarah manusia, tapi kebiasaan ini bisa berlanjut atau hilang tergantung pada kondisi lingkungan tempat tinggal. Jepang merupakan negara kepulauan dengan hasil laut segar yang dapat dinikmati sepanjang tahun, sehingga kebiasaan menikmati makanan laut segar tanpa dimasak terus berlanjut. Ada juga pendapat yang mengatakan kata Sashimi berasal dari kata Namashishi (生肉 , daging mentah) atau Namasuki (生切 , potongan segar).
Jenis-jenis sashimi
- Tsugatazukuri
- Potongan-potongan ikan disusun di atas tubuh ikan yang dipertahankan bentuknya mulai dari bagian kepala hingga ekor. Sashimi jenis ini kebanyakan hanya dinikmati pada kesempatan istimewa.
- Ikezukuri
- Tsugatazukuri dengan ikan hidup yang dijadikan sashimi hanya beberapa saat sebelum dihidangkan.
- Tataki
- Potongan ikan yang digarang untuk beberapa saat di atas api sehingga terlihat matang di bagian luar, segar di bagian dalam. Tataki ikan cakalang (Katsuo) dimakan bersama saus Ponzu, parutan bawang putih dan irisan daun bawang.
Shabu-shabu
Shabu-shabu (しゃぶしゃぶ ) atau shabu shabu adalah makanan Jepang jenis Nabemono berupa irisan sangat tipis daging sapi yang dicelup ke dalam panci khusus berisi air panas di atas meja makan, dan dilambai-lambaikan di dalam kuah untuk beberapa kali sebelum dimakan bersama saus (tare) mengandung wijen yang disebut gomadare atau ponzu. Di dalam panci biasanya juga dimasukkan sayur-sayuran, tahu, atau kuzukiri.
Selain irisan sangat tipis daging sapi, daging lain yang bisa dimakan secara shabu-shabu misalnya daging ayam, daging domba, ikan fugu, gurita dan ikan kakap. Gyūshabu adalah sebutan untuk shabu-shabu daging sapi. Di Hokkaido, shabu-shabu daging domba disebut Ramushabu. Shabu-shabu daging babi disebut Tonshabu atau Butashabu. Di Nagoya dikenal shabu shabu dengan ayam Nagoya Kōchin yang disebut Niwatorishabu.
Asal usul
Di Beijing dan bagian timur laut Tiongkok dikenal masakan bernama shuan yang rou (Hanzi:涮羊肉) berupa irisan tipis daging domba yang dimasak di panci berisi air mendidih dan biasa dinikmati di musim dingin. Masakan ini kemudian dibawa masuk ke Jepang oleh orang Jepang yang pernah tinggal di Manchuria.
Pemilik rumah makan Jūnidanya yang menjual Ochazuke dan Mizutaki di Kyoto mendengar tentang kebiasaan makan di Tiongkok dari orang yang pernah tinggal di sana. Pemilik rumah makan lalu mendapat ide untuk meletakkan irisan tipis daging sapi di atas nasi dan dimakan secara Ochazuke dengan cara menyiramkan teh hijau panas di atasnya.
Di tahun 1952, restoran Suehiro di Osaka mulai menghidangkan masakan dari irisan tipis yang diberi nama Shabu-shabu dan berhasil mendapatkan merek dagang untuk masakan ini pada tahun 1955.
Pada zaman dulu, shabu-shabu dimasak di atas kompor arang, sehingga di tengah-tengah panci shabu-shabu sengaja dibuat lubang seperti cerobong untuk memasukkan arang. Di Tiongkok, panci semacam ini disebut huo guo zi (Hanzi:火鍋子).
Shiitake
| ?Shiitake | ||||||||||||||
|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
| Klasifikasi ilmiah | ||||||||||||||
| ||||||||||||||
| Nama binomial | ||||||||||||||
| Lentinula edodes (Berk.) Pegler |
Shiitake (椎茸 ) (Lentinula edodes) atau jamur hioko dan sering ditulis sebagai jamur shitake adalah jamur pangan asal Asia Timur yang terkenal di seluruh dunia dengan nama aslinya dalam bahasa Jepang. Shiitake secara harafiah berarti jamur dari pohon shii (Castanopsis cuspidata) karena batang pohonnya yang sudah lapuk merupakan tempat tumbuh jamur shiitake.
Spesies ini dulunya pernah dikenal sebagai Lentinus edodes. Ahli botani Inggris bernama Miles Joseph Berkeley menamakan spesies ini sebagai Agaricus edodes di tahun 1878.
Shiitake banyak dibudidayakan di Tiongkok, Korea dan Jepang dan bisa dijumpai di alam bebas di di daerah pegunungan di Asia Tenggara.
Shiitake dalam bahasa Tionghoa disebut xiānggū (Hanzi: 香菇, "jamur harum"), sedangkan yang berkualitas tinggi dengan payung yang lebih tebal disebut dōnggū (Hanzi: 冬菇, "jamur musim dingin") atau huāgū (花菇, "jamur bunga") karena pada bagian atas permukaan payung terdapat motif retak-retak seperti seperti mekar.
Di Indonesia kadang-kadang dinamakan jamur jengkol[1], karena bentuk dan aromanya seperti jengkol walaupun bagi sebagian orang rasa jamur ini seperti rasa petai.
Deskripsi
Jamur shiitake tumbuh di permukaan batang kayu yang melapuk dari pohon Castanopsis cuspidata, Castanea crenata (kastanye), dan sejenis pohon ek Quercus acutissima. Batang dari tubuh buah sering melengkung, karena shiitake tumbuh ke atas dari permukaan batang kayu yang diberdirikan. Payung terbuka lebar, berwarna coklat tua dengan bulu-bulu halus di bagian atas permukaan payung, sedangkan bagian bawah payung berwarna putih.
Jamur beracun spesies Omphalotus guepiniformis[2] terlihat agak mirip dengan jamur shiitake sehingga banyak orang yang tertipu dan keracunan.
Sejarah budidaya
Shiitake juga dikenal dengan nama Jamur hitam China, karena aslinya memang berasal dari daratan Tiongkok dan sudah dibudidayakan sejak 1.000 tahun yang lalu. Sejarah tertulis pertama tentang budidaya shiitake ditulis Wu Sang Kuang di zaman Dinasti Song (960-1127), walaupun jamur ini sudah dimakan orang di daratan Tiongkok sejak tahun 199 Masehi.
Di zaman Dinasti Ming (1368-1644), dokter bernama Wu Juei menulis bahwa jamur shiitake bukan hanya bisa digunakan sebagai makanan tapi juga sebagai obat untuk penyakit saluran nafas, melancarkan sirkulasi darah, meredakan gangguan hati, memulihkan kelelahan dan meningkatkan energi chi. Shiitake juga dipercaya dapat mencegah penuaan dini.
Penggunaan dalam masakan
Jamur shiitake segar atau dalam bentuk kering sering digunakan dalam berbagai masakan di banyak negara. Shiitake segar biasanya dimakan sebelum payung bagian bawah berubah warna. Batang shiitake agak keras dan umumnya tidak digunakan dalam masakan.
Sebagian orang lebih menyukai shiitake kering dibandingkan shiitake segar karena shiitake kering mempunyai aroma yang lebih harum (keras). Shiitake kering diproses dengan cara menjemur di bawah sinar matahari dan perlu direndam di dalam air sebelum dimasak. Kaldu dasar masakan Jepang yang disebut dashi didapat dari merendam shiitake kering di dalam air.
Di Jepang, shiitake merupakan isi sup miso, digoreng sebagai tempura, campuran chawanmushi, udon dan berbagai jenis masakan lain. Shiitake juga digoreng hingga garing dan dijual sebagai keripik shiitake.
Rusia juga memproduksi shiitake dalam jumlah banyak dan dijual sebagai acar dalam kemasan botol.
Soba
Soba (蕎麦 atau そば ) adalah salah satu jenis mi Jepang yang dibuat dari tepung buckwheat (gandum buk). Dalam bahasa Jepang, tumbuhan sereal buckwheat juga disebut "soba". Selain itu, istilah "soba" juga bisa berarti mi telur asal Tiongkok yang dimasak menjadi yakisoba atau ramen.
Orang Jepang mempunyai tradisi memakan soba di malam tahun baru. Soba yang dimakan di malam tahun baru disebut Toshikoshi-soba (soba melewatkan tahun). Selain itu juga terdapat tradisi memakan soba sewaktu baru pindah rumah. Soba yang dimakan untuk merayakan tempat tinggal yang baru disebut Hikkoshi-soba (soba pindahan).
Garis besar
Cara pembuatan
Secara tradisional, soba dibuat dari tepung buckwheat yang digiling dengan tangan menggunakan penggilingan dari batu bundar yang dapat diputar. Tepung yang keluar dari celah batu penggilingan dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam wadah lebar dari kayu untuk mengulen. Tepung dicampur air dan diulen hingga berbentuk adonan yang bisa dilebarkan. Adonan lalu dipindahkan ke atas meja kayu yang sudah ditaburi tepung, dan dilebarkan dengan bantuan batang penggilas dan batang penggulung dari kayu. Bila sudah cukup tipis, lembaran adonan dipindahkan ke atas talenan untuk dipotong-potong dengan pisau khusus. Lebar soba yang dihasilkan harus seragam (sekitar 1-2 mm), sehingga penggaris kayu (komaita) digunakan untuk mengukur lebar mi. Setelah selesai dipotong-potong, soba direbus dan siap dihidangkan.
Pembuatan soba cara tradisional perlu banyak latihan dan pengalaman. Langkah-langkah pembuatan harus diikuti dengan cermat, karena rasa soba bisa berbeda bergantung keterampilan orang yang membuat. Bahkan tidak jarang ditemui orang yang selalu berusaha menyempurnakan keterampilan membuat soba dan menjadikannya sebagai hobi.
Sewaktu menggiling biji buckwheat, tepung pertama yang keluar dari celah batu penggilingan disebut ichiban-ko. Tepung kualitas tinggi yang keluar sesudahnya disebut sarashina-ko (tepung sarashina), berbau harum dan berwarna agak putih. Sisa penggilingan tepung berupa kulit soba digunakan sebagai pengisi bantal khas Jepang.
Mi soba yang menggunakan tepung buckwheat 100% disebut kisoba atau inaka soba. Soba jenis ini mudah hancur sewaktu direbus sehingga sering ditambahkan tepung terigu atau parutan sejenis umbi (yamaimo) sewaktu membuat adonan.
Cara makan
Setelah direbus, soba dicuci dengan air dan didinginkan lebih dulu sebelum dihidangkan. Soba dimakan setelah dicelup ke dalam kuah yang disebut tsuyu. Soba yang disajikan dingin seperti ini disebut Morisoba atau Zarusoba. Selain itu, soba juga dimakan panas-panas sebagai soba kuah yang disebut Kakesoba (Susoba).
Sewaktu dimakan, soba boleh diseruput hingga mengeluarkan suara. Cara makan seperti ini justru dianjurkan, karena merupakan pujian kepada juru masak bahwa makanan yang dimasaknya enak. Sewaktu memakan morisoba (zarusoba), saus tidak boleh dituangkan ke atas mi agar nampan atau meja yang ada di bawahnya tidak basah.
Definisi
Sesuai standar JAS, soba adalah mi dengan kandungan tepung soba (buckwheat) di atas 30%. Selain itu, di pasaran bisa ditemukan Nihachi-soba yang memiliki kandungan 80% tepung terigu dan 20% tepung buckwheat.
Istilah "soba" juga digunakan untuk mi dari tepung terigu yang digunakan untuk ramen dan yakisoba. Masakan Soba Okinawa seperti Sōki juga menggunakan mi dari tepung terigu 100%.
Sejarah
Pembuatan mi dari tepung buckwheat baru dimulai sejak abad ke-16 atau abad ke-17. Sebelumnya, tepung buckwheat hanya dinikmati sebagai sobagaki, tepung diencerkan dengan air panas dan dibentuk seadanya.
Di zaman dulu, mi dari tepung buckwheat disebut sobakiri. Catatan tertua tentang tepung buckwheat yang dibuat mi (sobakiri) tertulis dalam buku catatan kuil Jōshō-ji, desa Ōkuwa, Prefektur Nagano. Sewaktu kuil selesai dipugar tahun 1574, "sobakiri" termasuk ke dalam daftar barang sumbangan yang diterima untuk penyelenggaraan selamatan.
Soba-ya (蕎麦屋 penjual soba) adalah sebutan untuk rumah makan yang khusus menyajikan soba, tapi sekaligus bisa juga menyajikan udon. Soba yang harganya murah sangat digemari penduduk Edo. Soba-ya mulai dikenal sejak pertengahan zaman Edo, karena pedagang kaki lima banyak yang membuka warung soba setelah dilarang berdagang secara kakilima. Di tahun 1686, Keshogunan Edo melarang pedagang kakilima seperti pedagang soba dan udon berkeliling membawa kompor.
Di berbagai stasiun kereta api di Jepang sekarang bisa ditemui kios Tachigui-soba sebagai penerus tradisi soba kakilima. Kios tachigui mengharuskan orang makan berdiri karena tidak menyediakan kursi untuk duduk.
Sebagian besar penjual soba juga mempunyai layanan pesan antar yang sudah dikenal sejak zaman Edo. Di zaman dulu, pengantar soba mengantarkan pesanan dengan berjalan kaki atau kalau perlu sambil berlari. Soba dibawa di dalam kotak kayu yang disebut Okamochi, dan pembayaran dilakukan kemudian sewaktu mengambil piring atau mangkuk yang sudah kosong.
Seusai Perang Dunia II, pengantar soba mulai menggunakan sepeda atau sepeda motor. Tumpukan kotak soba yang ada di pundak dipegangi dengan sebelah tangan, sementara tangan yang sebelah lagi memegangi stang. Sekarang pemandangan pengantar soba yang setengah berakrobat sudah jarang bisa dilihat. Penjual soba sudah memiliki "nampan stabil" yang diletakkan di boncengan sepeda atau sepeda motor, sehingga tumpukan piring soba tidak terjatuh atau mangkuk berkuah tidak tumpah sewaktu berbelok.
Jenis soba
- Soba segar:
- Setelah dipotong-potong, soba ditaburi tepung agar tidak lengket dan dimasukkan ke dalam kantong plastik
- Soba kering
- Soba segar yang dikeringkan dengan udara panas, dijual dalam kantong plastik
- Soba rebus
- Soba dalam kemasan siap saji, satu set dengan saus, daun bawang, dan juga sering disertai tempura atau aburage.
- Soba instan
- Soba dikeringkan dengan udara panas atau digoreng, sebelum dimakan tinggal diseduh dengan air panas
- Soba beku
- Soba segar yang dibekukan dan dijual sebagai makanan beku di pasar swalayan besar.
Cara penyajian
Penyajian dingin
Setelah direbus, soba dihidangkan di atas seiro atau zaru (piring persegi dari anyaman bambu atau kayu). Soba dimakan dengan cara mencelupnya dulu ke dalam saus yang disebut soba tsuyu. Cara makan seperti ini disebut Tsukémén (mi celup) dan parutan wasabi, lobak, atau jahe sering ditambahkan ke dalam saus sebagai penyedap. Di daerah Kansai, saus sering ditambah dengan kocokan telur burung puyuh atau telur ayam mentah. Air rebusan soba (soba-yu) yang berwarna keruh sering dihidangkan untuk diminum seperti sup.
Perbedaan morisoba dan zarusoba terletak pada pemanis yang digunakan untuk saus. Di zaman Edo, gula merupakan barang langka sehingga perlu dilakukan pembedaan antara soba dengan saus bercampur gula dan soba memakai saus bercampur mirin. Zarusoba adalah soba yang dicelup ke dalam saus yang menggunakan gula sebagai pemanis, sedangkan Morisoba menggunakan saus bercampur mirin. Di zaman sekarang, gula tidak lagi merupakan barang langka sehingga morisoba dan zarusoba adalah dua nama berbeda untuk makanan yang sama.
- Morisoba (盛り蕎麦 )
- Soba dingin yang dihidangkan di atas piring dari anyaman bambu, sebelum dimakan dicelup dulu di dalam saus
- Zarusoba (ざる蕎麦 )
- Cara penyajian mirip Morisoba tapi kadang-kadang ditaburi nori yang dipotong kecil-kecil.
- Tentsuke-soba (天付け蕎麦 )
- Soba dingin yang dihidangkan bersama tempura di piring terpisah.
- Kamo-seiro (鴨せいろ )
- Morisoba yang dihidangkan bersama saus berisi potongan daging bebek.
Penyajian hangat
Soba rebus disajikan di dalam mangkuk setelah diberi kuah panas.
- Kakesoba (Susoba)
- Soba kuah di dalam mangkuk besar (donburi). Daun bawang, bubuk cabai (hichimi-tōgarashi), atau potongan kecil kulit jeruk sering ditambahkan sebagai penyedap.
- Tsukesoba
- Setelah direbus, soba disajikan di atas tampah kecil (zaru). Soba dimakan setelah dicelup ke dalam kuah hangat yang disebut nuki, dan sering disertai lauk daging bebek.
- Kitsune-soba
- Soba kuah dengan lauk aburage yang dimasak dengan gula
- Tanuki-soba
- Soba kuah yang di atasnya diberi taburan Tenkasu. Kata "tanuki" dalam tanuki-soba bukan berarti anjing rakun (Tanuki), tapi konon berasal dari kata "tane-nuki" (tanpa lauk). Tanuki-soba hanya dikenal di daerah Kanto, sedangkan makanan yang sama di daerah Kansai disebut Haikara-soba (high-color soba).
- Tempura soba
- Soba kuah dengan tambahan tempura di atasnya. Di sejak pertengahan zaman Edo sudah dikenal soba kuah dengan tempura udang yang besar dan kakiage bercampur daging kerang.
- Tsukimi soba
- Soba kuah dengan tambahan telur mentah, disebut "tsukimi" (bulan purnama) karena merah telur terlihat seperti bulan purnama.
- Tororo soba (Yamakake soba)
- Soba kuah dengan tambahan campuran putih telur dan parutan umbi Yama-imo. Di atasnya sering ditambahkan kuning telur mentah sebagai hiasan.
- Kare namban
- Soba kuah kari dengan kuah yang dibuat dari dashi yang ditambah bubuk kari dan dikentalkan dengan tepung.
- Tori namban
- Soba kuah dengan lauk daging ayam dan daun bawang.
- Kamo namban
- Soba kuah dengan lauk daging bebek
- Niku soba
- Soba kuah dengan lauk daging sapi atau daging babi
- Nameko soba
- Soba dengan kuah berisi jamur Nameko (Pholiota nameko) atau berbagai jenis jamur lain.
- Sansai soba
- Soba kuah berisi sayur-sayuran liar dari gunung
- Okame-soba
- Soba kuah dimeriahkan berbagai macam lauk yang disusun meriah seperti Okame (perempuan dengan rias wajah komikal).
- Hanamaki-soba
- Soba kuah dengan nori di atasnya.
Sukiyaki
Sukiyaki (すき焼き, スキヤキ ) adalah irisan tipis daging sapi, sayur-sayuran, dan tahu di dalam panci besi yang dimasak di atas meja makan dengan cara direbus. Sukiyaki dimakan dengan mencelup irisan daging ke dalam kocokan telur ayam.
Sayur-sayuran untuk Sukiyaki misalnya bawang bombay, daun bawang, sawi putih, shungiku (nama daun dari pohon keluarga seruni), jamur shiitake, dan jamur enoki. Sebagai pelengkap ditambahkan ito konnyaku atau shirataki yang berbentuk seperti soun berwarna bening atau sedikit abu-abu.
Dua versi Sukiyaki
Sukiyaki memiliki dua versi, Sukiyaki versi daerah Kansai dan Sukiyaki versi daerah Kanto yang berbeda cara penyajian, jenis bumbu dan rasa.
Menurut Sukiyaki versi Kansai, Sukiyaki hanya dimasak dengan bumbu kecap asin dan gula pasir, sedangkan Sukiyaki versi Kanto dimasak menggunakan saus Warishita yang merupakan campuran dashi, kecap asin, gula pasir, dan mirin yang dimasak terlebih dulu.
Menurut cara Kansai, potongan lemak sapi dicairkan di dalam panci sebelum memasukkan irisan daging sapi. Bumbu berupa gula pasir dan kecap asin dituangkan sekaligus dalam jumlah banyak di atas daging yang sudah matang lalu diaduk-aduk dengan sayur-sayuran hingga matang. Menurut cara Kanto, bumbu warishita dididihkan dulu di dalam panci sebelum semua bahan dimasukkan.
Sejarah
Ada pendapat yang diragukan kebenarannya mengatakan Sukiyaki pada mulanya adalah daging sapi yang dipanggang (bahasa Jepang: yaki) di atas cangkul besi tebal yang disebut suki.
Sebelum restorasi Meiji, orang Jepang tidak pernah memakan daging sapi mematuhi larangan agama Buddha yang melarang konsumsi hewan berkaki empat dan hewan yang digunakan untuk pertanian. Di zaman Meiji toko daging yang pertama dibuka di Jepang (tahun 1867), yang diikuti dengan dibukanya restoran Gyunabe.
Sebelum Perang Dunia ke-2, di daerah Kanto masakan ini lebih dikenal dengan nama Gyunabe (牛鍋 , sapi, panci).
Sushi
Sushi (鮨, 鮓, atau biasanya すし, 寿司 ) adalah makanan Jepang yang terdiri dari nasi yang dibentuk bersama lauk (neta) berupa makanan laut, daging, sayuran mentah atau sudah dimasak.[1] Nasi sushi mempunyai rasa masam yang lembut karena dibumbui campuran cuka beras, garam, dan gula.
Asal-usul kata sushi adalah kata sifat untuk rasa masam yang ditulis dengan huruf kanji sushi (酸し ). Pada awalnya, sushi yang ditulis dengan huruf kanji 鮓 merupakan istilah untuk salah satu jenis pengawetan ikan disebut gyoshō (魚醤 ) yang membaluri ikan dengan garam dapur, bubuk ragi (麹 koji) atau ampas sake (糟 kasu). Penulisan sushi menggunakan huruf kanji 寿司 yang dimulai pada zaman Edo periode pertengahan merupakan cara penulisan ateji (menulis dengan huruf kanji lain yang berbunyi yang sama).
Sejarah
Konon kebiasaan mengawetkan ikan dengan menggunakan beras dan cuka berasal dari daerah pegunungan di Asia Tenggara. Istilah sushi berasal dari bentuk tata bahasa kuno yang tidak lagi dipergunakan dalam konteks lain; secara harfiah, "sushi" berarti "itu (berasa) masam",[2] suatu gambaran mengenai proses fermentasi dalam sejarah akar katanya. Dasar ilmiah di balik proses fermentasi ikan yang dikemas di dalam nasi ialah bahwa cuka yang dihasilkan dari fermentasi nasi menguraikan asam amino dari daging ikan. Hasilnya ialah salah satu dari lima rasa dasar, yang disebut umami dalam bahasa Jepang.[3]
Nigirizushi dikenal di Jepang sejak zaman Edo. Sebelum zaman Edo, sebagian besar sushi yang dikenal di Jepang adalah jenis oshizushi (sushi yang dibentuk dengan cara ditekan-tekan di dalam wadah kayu persegi).[4] Pada zaman dulu, orang Jepang mungkin kuat makan karena sushi selalu dihidangkan dalam porsi besar. Sushi sebanyak 1 kan (1 porsi) setara dengan 9 kan (9 porsi) sushi zaman sekarang, atau kira-kira sama dengan 18 kepal sushi (360 gram). Satu porsi sushi zaman dulu yang disebut ikkanzushi mempunyai neta yang terdiri dari 9 jenis makanan laut atau lebih.
Pada zaman Edo periode akhir, di Jepang mulai dikenal bentuk awal dari nigirizushi. Namun ukuran porsi nigirizushi sudah dikurangi agar lebih mudah dinikmati. Ahli sushi bernama Hanaya Yohei menciptakan sushi jenis baru yang sekarang disebut edomaezushi.[4] Namun ukuran sushi ciptaannya besar-besar seperti onigiri. Pada masa itu, teknik pendinginan ikan masih belum maju. Akibatnya, ikan yang diambil dari laut sekitar Jepang harus diolah lebih dulu agar tidak rusak bila dijadikan sushi.
Sampai tahun 1970-an sushi masih merupakan makanan mewah. Rakyat biasa di Jepang hanya makan sushi untuk merayakan acara-acara khusus, dan terbatas pada sushi pesan-antar. Dalam manga, sering digambarkan pegawai kantor yang pulang tengah malam ke rumah dalam keadaan mabuk. Oleh-oleh yang dibawa untuk menyogok istri yang menunggu di rumah adalah sushi. Walaupun rumah makan kaitenzushi yang pertama sudah dibuka tahun 1958 di Osaka, penyebarannya ke daerah-daerah lain di Jepang memakan waktu lama. Makan sushi sebagai acara seluruh anggota keluarga terwujud di tahun 1980-an sejalan dengan makin meluasnya kaitenzushi.
Keberhasilan kaitenzushi mendorong perusahaan makanan untuk memperkenalkan berbagai macam bumbu sushi instan yang memudahkan ibu rumah tangga membuat sushi di rumah. chirashizushi atau temakizushi dapat dibuat dengan bumbu instan ditambah nasi, makanan laut, tamagoyaki dan nori.
Jenis
Sushi pada umumnya digolongkan berdasarkan bentuk nasi, antara lain nigirizushi, oshizushi, chirashizushi, inarizushi, dan narezushi.
Nigirizushi
Makanan laut segar (pada umumnya mentah) diletakkan di atas nasi yang dibentuk dengan menaruh nasi di telapak tangan yang satu dan membentuknya dengan jari-jari tangan yang lain. Nori sering dipakai untuk mengikat neta agar tidak terlepas dari nasi. Lauk yang diletakkan di atas sushi juga bisa dalam keadaan matang seperti tamagoyaki atau belut unagi dan belut anago yang sudah dipanggang.
Pada mulanya, edozushi adalah sebutan untuk sushi yang menggunakan hasil laut Teluk Tokyo, tapi sekarang sering digunakan untuk menyebut nigirizushi. Di Hokkaido yang terkenal dengan hasil laut, istilah namazushi (生寿司 , sushi mentah) dipakai untuk sushi dengan neta mentah. Istilah ini dipakai untuk membedakannya dari sushi asal daerah lain yang sering merebus lebih dulu neta seperti udang yang mudah kehilangan kesegarannya.
Neta untuk nigirizushi
- Ikan: aji (selar), iwashi (lemuru), kajikimaguro (marlin), katsuo (cakalang), karei (ikan lidah atau ikan sebelah mata kanan), salem), saba (ikan kembung), sanma (saury), suzuki (kerapu), kakap, hamachi (ikan sunglir, nama bergantung usia ikan, bisa disebut buri atau kanpachi), ikan hiramasa, hirame (ikan sebelah), toro (daging perut yang berlemak dari ikan tuna atau tongkol), mekajiki (todak), ikan ainame.
- Kerang: aoyagi (bakagai), akagai, hotategai (tiram), hokkigai (ubagai), mirugai (mirukui), tsubu.
- Belut: anago, unagi
- Udang: amaebi, blacktiger, kuruma ebi, lobster, botan ebi
- Kepiting (rajungan): zuwaigani, tarabagani
- Telur ikan: ikura, tobiko
- Cumi-cumi, uni (bulu babi), dan gurita
- Aburage, kanikamaboko (kamaboko daging kepiting tiruan), kampyo (serutan labu yang dikeringkan), mentimun, dashimaki, natto (kedelai fermentasi), neri ume (saus buah plum), negitoro (cacahan daging ikan tuna dengan daun bawang), tsukemono (sayuran hasil fermentasi).
Sushi yang dijual di kaitenzushi mempunyai banyak variasi neta yang bukan asli Jepang, seperti miniburg (daging isi hamburger), berbagai macam jenis daging seperti charsiu, ikan tuna kaleng, dan alpukat.
Cara makan
- Nigirizushi dinikmati dengan mencelup sedikit bagian neta ke dalam kecap asin.
- Nigirizushi umumnya dimakan dengan tangan, walaupun boleh-boleh saja dimakan memakai sumpit.
- Nigirizushi biasanya dimakan dengan sekali suap.
Teknik mengepal nasi
Ada beberapa teknik mengepal nasi yang merupakan seni keterampilan yang harus dikuasai ahli sushi (寿司職人 sushi shokunin):
- Tegaeshi:
- Hon tegaeshi
- Ko tegaeshi
- Tate gaeshi
- Yoko tegaeshi
- Oyayubi nigiri
Berdasarkan kekuatan tangan sewaktu mengepal, bentuk nasi bisa berupa bentuk silinder (tawaragata), kotak persegi empat (hakogata), dan kapal (funegata).
Di restoran kaitenzushi, nasi yang sudah dibumbui dibentuk secara otomatis menggunakan mesin sushi, bahkan ada nasi bentukan mesin yang sudah diberi wasabi atau diikat dengan nori. Mesin pembuat sushi ada juga yang terlihat seperti tempat nasi tradisional dari kayu agar penikmat sushi mendapat kesan seolah-olah makan sushi yang dikepal oleh ahli sushi sungguhan.
Ahli sushi
Ahli sushi (sushi shokunin) adalah sebutan terhormat ahli sushi di restoran sushi tradisional. Di Jepang, ahli sushi merupakan profesi terhormat dengan penghasilan tinggi.
Ahli sushi pada umumnya adalah pria, dan wanita hampir tidak pernah diberi kesempatan. Di restoran sushi, jenis kelamin laki-laki adalah syarat tidak tertulis untuk menjadi ahli sushi. Tradisi ini berasal dari tradisi kuno Jepang yang menempatkan laki-laki pada kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Walaupun demikian, alasan yang lebih masuk akal adalah suhu tubuh pria yang umumnya lebih rendah dari suhu tubuh wanita. Perubahan fisiologis setiap bulan yang dialami wanita menyebabkan wanita tidak sesuai untuk memegang makanan laut mentah yang rasa dan warnanya mudah dipengaruhi suhu tubuh orang yang memegang.
Di Jepang, ahli sushi wanita umumnya tidak disukai pengunjung restoran sushi. Selain itu, pertimbangan higienis yang tidak jelas asal-usulnya menjadikan ahli sushi tetap merupakan didominasi pria. Walaupun demikian, wanita ahli sushi mulai banyak dipekerjakan di kaitenzushi. Mereka dilarang keras menggunakan kosmetik yang mengandung parfum atau mengecat kuku.
Menurut cerita yang suka dibesar-besarkan, syarat bagi ahli sushi untuk bisa mandiri adalah pengalaman magang paling sedikit 10 tahun, mencakup pelajaran mengepal (nigiri) 3 tahun dan pelajaran menggulung (maki) 8 tahun. Persyaratan formal untuk menjadi ahli sushi sebenarnya tidak ada. Sebagian besar karier ahli sushi justru dimulai sebagai buruh yang dibayar per jam. Keterampilan memilih ikan segar di pasar memang memerlukan pengalaman selama bertahun-tahun. Namun, keterampilan mengepal nasi sudah dikuasai oleh robot pembuat sushi.
Cara menghitung nigirizushi
Dalam bahasa Jepang, Nigirizushi tidak dihitung bukan berdasarkan jumlah kepal (buah), melainkan jumlah porsi yang disebut kan (貫, かん ) dengan berat 1 kan sekitar 40-50 gram (kira-kira sama dengan 2 buah sushi). Nigirizushi 1 kan berarti satu porsi (1 piring) nigirizushi yang terdiri dari 2 buah sushi. Sementara itu, 1/2 kan berarti 1 buah sushi, walaupun 1 kan dapat saja terdiri dari 1 buah sushi bila neta tersebut besar dan mahal.
Cara menghitung inarizushi juga sama seperti menghitung Nigirizushi, 2 buah Inarizushi sebagai 1 kan (1 porsi) walaupun ada tempat juga yang menghitung per buah.
Istilah khusus
Restoran sushi atau sushi bar di Jepang mempunyai istilah-istilah khusus yang memiliki arti lain dalam bahasa Jepang standar.
- Agari (teh hijau)
- Otesho (kecap asin) atau disebut tamari di daerah Kansai
- Kappa (mentimun)
- Gari (asinan jahe)
- Gyoku (tamagoyaki atau dashimaki)
- Kusa (nori)
- Gunkan (sushi yang dikelilingi oleh nori)
- Shari (nasi untuk sushi)
- Tsume atau nitsume (saus kental rasa manis-asin yang dioleskan pada anago, kerang hamaguri atau neta sejenis yang rasanya hambar)
- Toro (bagian perut ikan tuna), dibagi-bagi lagi menurut kadar lemak: ootoro dan chutoro
- Namida atau sabi (wasabi)
- Haran atau baran (daun hijau penghias sushi, sekarang dipakai daun plastik)
- Murasaki (kecap asin)
Makizushi
Sushi berupa gulungan nasi berisi potongan mentimun, tamagoyaki dan neta lain yang yang dibungkus lembaran nori. Nasi digulung dengan bantuan sudare (anyaman bambu bentuk persegi panjang).
Makizushi dibagi menjadi:
- Hosomaki: gulungan berdiameter minimum 3 cm hanya berisi satu jenis neta (misalnya mentimun atau tuna).
- Futomaki: gulungan berdiameter di atas 5 cm berisi berbagai macam neta.
- Temakizushi: nasi digulung sendiri dengan nori sebelum dimakan, neta juga dipilih sendiri dari piring.
Di daerah Kansai terdapat tradisi ehomaki untuk mengundang keberuntungan pada Hari Ekuinoks Musim Semi. Satu gulung utuh Futomakizushi harus dimakan sambil menghadap ke arah mata angin keberuntungan. Ketika memakannya, orang juga dilarang mengeluarkan suara atau berbicara. Tradisi ini mulanya dipopulerkan oleh asosiasi pedagang sushi pada tahun 1970-an.
Chirashizushi
Nasi sushi dimakan bersama neta berupa makanan laut dan sayur-sayuran yang dipotong kecil-kecil. Nasi sushi tidak dibentuk melainkan diisikan ke dalam wadah dari kayu, piring atau mangkuk. Chirashizushi merupakan salah satu masakan rumah yang populer di Jepang untuk memperingati hari-hari istimewa seperti ulang tahun anak-anak dan perayaan Hina Matsuri.
Di daerah-daerah lain di Jepang, chirashizuhi mempunyai banyak nama lain seperti suzushi di Prefektur Kagoshima, matsurizushi di Prefektur Okayama, tekonezushi (di Prefektur Mie), bahkan ada daerah-daerah tertentu yang menghias chirashizushi dengan buah-buahan seperti potongan apel, jeruk, dan ceri.
Oshizushi
Nasi disusun bersama neta yang dipres untuk sementara waktu dengan maksud memadatkan nasi agar sushi yang dihasilkan berbentuk persegi panjang yang lalu dipotong-potong agar mudah dinikmati. Oshizushi ada juga yang dibungkus daun bambu lalu dipres untuk sementara waktu, antara beberapa jam sampai satu malam. Nama-nama oshizushi yang populer antara lain:
- Sabazushi berisi ikan kembung yang mempunyai beberapa nama lain seperti battera di Prefektur Osaka atau bozushi di Kyoto
- Masuzushi di Prefektur Toyama
- Oshizushi ikan Funa dari Prefektur Mie
- Sanmazushi dan Gozaemonzushi dari Prefektur Tottori
- Iwakunizushi dari Prefektur Yamaguchi
Narezushi
Sushi zaman kuno adalah ikan yang dilumuri garam dan nasi, lalu dibiarkan hingga terfermentasi. Funazushi dari Prefektur Shiga dan hatahatazushi dari Prefektur Akita adalah dua contoh sushi asal zaman kuno. Ada pula narezushi yang ditambah ragi untuk membantu proses fermentasi, contohnya kaburazushi dari Prefektur Ishikawa dan Izushi dari Hokkaido.
Kaburazushi adalah jenis sushi yang tidak dibentuk bersama nasi. Sushi dibuat dengan menjepit irisan ikan mentah di antara dua lembar irisan lobak kabura. Setelah itu, sushi disusun di dalam tong kayu berisi campuran nasi tanak bercampur ragi. Lama fermentasi selama beberapa hari. Kaburazushi dimakan dengan tidak mencuci nasi hasil fermentasi yang menempel.
Inarizushi
Nasi sushi dibungkus aburage yang sebelumnya sudah dimasak bersama kecap asin dan gula. Inarizushi tidak berisi ikan atau lauk lain karena aburage sudah merupakan sumber protein. Inarizushi berasal dari kuil Toyokawa Inari di kota Toyokawa, Prefektur Aichi.
Variasi
Sushi daerah Kansai
Sushi di daerah Kansai umumnya lebih mementingkan perpaduan rasa antara nasi dan lauk daripada kesegaran ikan. Pedagang sushi membuatnya agar rasa tidak mudah berubah kalau dibeli untuk dibawa pulang. Di antara sushi khas Osaka adalah hakozushi (oshizushi), barazushi (gomokuzushi) dan berbagai macam makizushi, dan battera (sushi ikan kembung).
[sunting] Sushi bungkus daun
Sushi ikan kembung yang dibungkus daun pohon persimon dari Prefektur Nara dan Wakayama adalah jenis sushi tahan lama.
Pedagang sushi
Di Jepang
Dalam bahasa Jepang, sushi-ya adalah sebutan untuk penjual sushi tradisional yang menyiapkan sushi untuk makan di tempat atau layanan pesan-antar. Restoran sushi dengan piring-piring berisi sushi yang diletakkan di atas ban berjalan disebut kaitenzushi.
Sushi dalam kemasan nampan plastik bisa dijumpai di pojok makanan matang toko swalayan dan toko serba ada. Selain itu, penjual ikan segar juga sering menjual sushi. Jaringan toko yang menjual sushi dalam kemasan untuk dibawa pulang ke rumah bisa dijumpai di seluruh Jepang.
Di Indonesia
Di beberapa toko swalayan terkemuka, sushi dalam kemasan untuk dibawa pulang sering dijumpai di dekat bagian ikan segar. Di restoran yang menyediakan menu makanan Jepang, sushi sering dimasukkan ke dalam menu bersama-sama dengan masakan Jepang lainnya.
Pertimbangan higienis
Sushi merupakan makanan dari nasi dan makanan laut mentah yang mudah busuk. Makanan ini dibentuk dengan tangan yang tidak mengenakan sarung tangan. Menempelnya berbagai macam mikroba pada sushi adalah sulit untuk dihindari. Sushi yang dibeli untuk dibawa pulang di musim panas atau di negara beriklim tropis harus segera dimakan agar tidak menyebabkan sakit perut.
Di beberapa negara seperti Amerika Serikat, memegang-megang makanan dengan tangan telanjang dianggap tidak higienis. Pembuat sushi diharuskan memakai sarung tangan dari karet atau plastik. Sebaliknya, orang Jepang kehilangan selera bila melihat pembuat sushi sedang membuat sushi sambil mengenakan sarung tangan. Walaupun demikian, sushi di toko-toko swalayan di Jepang umumnya dibuat dengan memakai sarung tangan.
| California Roll dan Tuna Roll di Uramaki | |||
| Kakinoha (daun kesemek) Sushi. | |||
Takoyaki
Takoyaki (たこ焼き ) nama makanan asal daerah Kansai di Jepang, berbentuk bola-bola kecil dengan diameter 3-5 cm yang dibuat dari adonan tepung terigu diisi potongan gurita di dalamnya.
Ciri khas
Takoyaki biasanya dijual sebagai jajanan di pinggir jalan untuk dinikmati sebagai cemilan. Takoyaki biasa dijual dalam bentuk set dengan 1 set berisi 5, 6, 8 hingga 10 buah takoyaki yang disajikan di atas lembaran plastik berbentuk perahu atau dimasukkan ke dalam kemasan plastik transparan untuk dibawa pulang. Sewaktu ada matsuri sering dijumpai kios penjual takoyaki sebesar bola tenis (jambotako) yang menjual takoyaki secara satuan.
Takoyaki dimakan dengan menggunakan tusuk gigi, tapi di Tokyo dimakan dengan menggunakan sumpit sekali pakai. Penjual takoyaki selalu memberikan 2 batang tusuk gigi untuk satu orang, karena takoyaki yang ditusuk dengan sebatang tusuk gigi bisa berputar-putar sewaktu diangkat dan jatuh sebelum masuk ke mulut.
Pada mulanya, takoyaki dijual dengan menggunakan tusukan bambu dengan isi 3 buah per tusuk. Di sekitar tahun 2000 masih bisa dijumpai sebuah kios yang menjual takoyaki dengan tusukan bambu di Prefektur Aichi, tapi sekarang sudah tutup dengan alasan usia lanjut penjualnya.
Harga takoyaki bisa berbeda-beda bergantung wilayah dan kios yang menjual. Satu set berisi 5-8 buah takoyaki biasa dihargai antara 200 yen hingga 400 yen. Di daerah Kansai, harga bisa menjadi lebih murah akibat persaingan ketat di antara penjual.
Di kota Osaka, kios penjual takoyaki bisa dengan mudah dijumpai di mana-mana. Penjual dengan kios yang agak luas kadangkala menyediakan ruangan khusus untuk makan takoyaki, tapi takoyaki sering dinikmati secara santai sambil berdiri, berjongkok atau dimakan sambil berjalan. Pembeli bisa menonton penjual yang sedang membolak-balik takoyaki agar bulat seperti bola sambil menunggu pesanannya jadi. Takoyaki sebaiknya dinikmati di tempat dalam keadaan panas-panas, walaupun pembeli sering meminta dibungkus untuk dibawa pulang.
Takoyaki merupakan jajanan populer yang dijual kios pasar kaget (yatai) sewaktu hatsumode (kunjungan pertama ke kuil di awal tahun baru) dan berbagai matsuri. Toko makanan ringan tradisional (dagashiya) yang merupakan tempat jajan anak sekolah sering menjual takoyaki dengan harga yang lebih murah.
Kios takoyaki bisa dijumpai di toko swalayan di kota-kota besar di Jepang. Di toko swalayan bisa dijumpai takoyaki sebagai makanan beku yang tinggal dipanaskan dengan oven microwave.
Setiap rumah di Osaka biasanya dimiliki wajan (loyang) untuk membuat sendiri takoyaki di rumah. Sebagai makanan kebanggaan yang sering dijadikan lauk untuk makan nasi putih, penduduk Osaka biasanya baik perempuan maupun laki-laki tahu cara membuat dan bisa memanggang takoyaki. Bahan-bahan untuk membuat takoyaki tersedia secara lengkap di toko. Wajan takoyaki merupakan salah satu perabot rumah tangga yang harus dihadiahkan orangtua kepada anak perempuan yang menjadi pengantin.
Bahan rahasia (seperti baking powder) atau asinan jahe berwarna merah (benishōga) sering pula dicampurkan ke dalam adonan. Penjual yang senang berkreasi kadangkala menambahkan keju atau konnyaku ke dalam takoyaki.
Saus yang dipakai biasanya adalah saus okonomiyaki walaupun ada juga saus khusus untuk takoyaki yang rasanya tidak jauh berbeda dengan saus okonomiyaki.
Takoyaki dengan isi yang disukai penduduk setempat (kadang-kadang tanpa gurita) berusaha diperkenalkan di negara-negara yang penduduknya merasa ngeri memakan gurita.
Sejarah
Di zaman Taisho sudah dijumpai kios pasar kaget yang menjual Choboyaki berupa goreng tepung terigu dengan isi konnyaku yang merupakan cikal bakal takoyaki. Choboyaki berkembang menjadi Rajioyaki yang berisi urat sapi dan bagian daging murah yang lain. Penganan disebut "rajioyaki" karena bentuknya yang bulat-bulat seperti tombol radio transistor pada waktu itu.
Di tahun 1933, kios takoyaki bernama Aizuya menjual Nikuyaki yang merupakan variasi rajioyaki yang diisi dengan daging sapi. Di tahun 1935, kios Aizuya yang mengambil ide dari Akashiyaki mulai mengisikan gurita dan telur ke dalam rajioyaki dan menyebutnya sebagai takoyaki.
Di sekitar tahun 1965-an, kios pasar kaget yang menjual takoyaki mulai bermunculan di daerah Kanto. Di pertengahan dekade 1990-an, Tokyo mengalami demam takoyaki yang dimulai oleh kios takoyaki bernama Kyōtako di daerah Shibuya. Di daerah Kyushu, perusahaan bernama Hatchandō menjual takoyaki secara keliling tapi sekarang berubah menjadi perusahaan penjual takoyaki sebagai makanan beku.
Sekitar tahun 2000, kios bernama Gindako yang berasal dari kawasan pasar Tsukiji, Tokyo sukses dengan sejumlah toko cabang yang dibuka di seluruh Jepang hingga bisa membuat makanan ringan dengan rasa takoyaki.
Jenis takoyaki
- Takoyaki polos
- Tidak memakai saus, rasa kecap asin dan kadang-kadang dimakan bersama ponzu atau garam kasar
- Takoyaki (dengan saus)
- Permukaan dioles dengan saus ditambah mayones, aonori dan katsuobushi.
- Takoyaki kecap asin
- Permukaan dioles dengan kecap asin, sering dijumpai di daerah Nagoya dan sekitarnya
- Akashiyaki (Tamagoyaki)
- Penganan dari tepung terigu yang diencerkan dengan banyak telur ayam dan dashi, dihidangkan berjajar di atas piring serupa talenan dan dimakan dengan mencelupkannya kedalam sup berbahan dasar dashi.
Penggorengan takoyaki
Takoyaki-ki adalah sebutan untuk wajan dengan bulatan-bulatan cekung yang berfungsi sebagai loyang sewaktu menggoreng takoyaki. Di daerah Kansai, wajan takoyaki sangat mudah dijumpai di toko-toko yang menjual peralatan rumah tangga. Wajan untuk berjualan takoyaki banyak dijual di pertokoan Doguyasuji yang terletak di kawasan Namba, Osaka.
Jenis-jenis wajan (loyang) berdasarkan sumber panas:
- Wajan untuk kompor gas
- Alat menggoreng berikut kompor gas yang menjadi satu
- Wajan berukuran besar dengan sambungan selang gas digunakan untuk berjualan takoyaki, sedangkan wajan ukuran mini dengan gas dalam tabung kaleng digunakan untuk membuat takoyaki di rumah
- Hotplate listrik dengan tambahan penggorengan takoyaki
- Pemanggang listrik untuk takoyaki
- Pemanggang takoyaki otomatis
- Takoyaki dibalik dengan getaran pada wajan sehingga tidak perlu dibalik-balik secara manual.
Wajan takoyaki biasanya terbuat dari besi cor supaya takoyaki yang digoreng tidak mudah gosong. Penjual Akashiyaki biasanya menggunakan wajan dari bahan perunggu tapi hanya segelintir penjual takoyaki yang mau menggunakan wajan dari bahan perunggu.
Takoyaki dibolak-balik dengan menggunakan alat khusus takoyaki berbentuk tongkat besi dengan pegangan dari kayu. Sewaktu membuat takoyaki di rumah biasanya digunakan alat serupa bernama senmaidōshi yang biasa digunakan untuk melubangi sesuatu. Kuas berbentuk bulat juga diperlukan untuk meminyaki bulatan-bulatan cekung pada wajan takoyaki.
Takoyaki di luar Jepang
Taiwan
Sekitar tahun 1990-an muncul berbagai kios yang menjual "bola gurita" (Hanzi: 章鱼小丸子 atau Hanzi: 章鱼烧) yang didirikan sebuah perusahaan waralaba. Saus yang digunakan adalah saus impor dari Jepang, sedangkan saus buatan Taiwan biasanya sedikit lebih manis.
Hong Kong
Pada tanggal 15 Desember 2004, perusahaan waralaba Tsukiji Gindako mendirikan kios yang pertama di Hong Kong.
Tiongkok
Takoyaki merupakan salah satu menu di rumah minum ala Jepang. Pada tahun 2001, perusahaan waralaba yang sukses dengan takoyaki di Taiwan membuka kios-kios takoyaki di berbagai kota besar.
Korea
Di Korea Selatan, takoyaki tetap disebut sebagai "takoyaki." Takoyaki yang dijual di taman bermain Lotte World laku keras bersamaan dengan kepopuleran lagu bertema takoyaki yang diciptakan khusus untuk Lotte World. Takoyaki menjadi begitu populer sehingga di Seoul bisa dijumpai penjual takoyaki.
Tempura
Tempura (天ぷら tenpura) adalah makanan Jepang berupa makanan laut, sayur-sayuran, atau tanaman liar yang dicelup ke dalam adonan berupa tepung terigu dan kuning telur yang diencerkan dengan air bersuhu dingin lalu digoreng dengan minyak goreng yang banyak hingga berwarna kuning muda.
Tempura juga berarti cara menggoreng yang berbeda dengan furai (istilah bahasa Jepang untuk deep fry). Bahan makanan yang digoreng secara tempura dicelup ke dalam adonan tempura, sedangkan bahan makanan yang digoreng secara deep fry dibungkus secara berurutan dengan tepung terigu, kocokan telur, dan tepung panir.
Minyak goreng yang digunakan untuk menggoreng tempura sebaiknya minyak goreng yang bersih dan belum digunakan untuk menggoreng bahan makanan lain. Di restoran kelas atas yang menyediakan menu tempura, campuran minyak wijen yang harganya mahal dan minyak biji kapas sering dipakai untuk menggoreng tempura. Minyak bunga Camellia yang digunakan pegulat Sumo sebagai minyak rambut juga digunakan di beberapa restoran mahal untuk menggoreng tempura.
Minyak goreng yang dipakai untuk menggoreng tempura sering disebut minyak tempura (天ぷら油 tempura abura) yang merupakan sebutan untuk berbagai jenis minyak goreng seperti minyak canola, minyak selada, dan minyak bunga matahari.
Adonan tempura
Dalam bahasa Jepang, adonan tempura disebut koromo (衣 , baju) karena seperti "baju" yang membungkus bahan makanan. Adonan tempura dibuat dari campuran tepung terigu berprotein rendah yang sudah didinginkan lebih dulu, telur ayam yang dikocok lepas, dan air dingin (air es). Semua bahan diaduk secara asal saja dengan sumpit sehingga masih tersisa gumpalan-gumpalan tepung. Tepung terigu yang diaduk-aduk sampai bercampur rata justru membuat adonan keras dan hasil gorengan tidak bagus.
Tempura yang dibuat di rumah biasanya menggunakan tepung tempura yang sudah merupakan campuran tepung terigu dan bubuk telur. Tepung tempura mengandung bahan-bahan kimia seperti soda kue dan bahan pengembang (baking powder) agar hasil gorengan menjadi garing dan tidak keras.
Semua jenis bahan makanan bisa dijadikan tempura. Pada umumnya suhu minyak sewaktu menggoreng adalah sekitar 160℃ sampai 170℃ dengan waktu menggoreng yang singkat. Suhu yang agak rendah digunakan sewaktu menggoreng sayur-sayuran dan makanan laut seperti kerang yang mudah menjadi keras terkena suhu tinggi. Suhu tinggi digunakan untuk menggoreng udang, cumi-cumi, dan ikan sampai adonan tempura berubah warna.
Irisan daging ayam, berbagai jenis daun dari tanaman liar yang dapat dimakan, dan dan bahan makanan produksi pabrik seperti chikuwa juga sering dijadikan tempura. Irisan tipis daging babi yang digoreng secara tempura disebut Tonpura.
Penyajian
Tempura biasanya dinikmati dengan saus yang disebut Tentsuyu yang ditambah parutan lobak atau parutan jahe sebagai penyedap. Tentsuyu dibuat dari campuran katsuobushi, air, mirin dan kecap asin yang dimasak sampai mendidih untuk menguapkan alkohol lalu disaring. Tempura juga sering dinikmati bersama air perasan jeruk, garam dapur, atau campuran garam dapur dengan salah satu bahan sebagai berikut: macha (bubuk teh hijau), bubuk kari, bubuk kulit jeruk Yuzu, atau merica sichuan. Di beberapa daerah di Jepang, tempura juga dimakan bersama kecap asin atau kecap Inggris (Worcester sauce).
Tempura sering digunakan sebagai lauk yang diletakkan di atas makanan jenis lain. Tempura Donburi (dikenal juga sebagai Tendon) adalah nasi putih di dalam mangkok yang di atasnya diletakkan tempura lalu disiram saus kental yang disebut tare yang merupakan campuran kecap asin, gula, dan mirin. Masakan Jepang seperti udon dan soba yang di atasnya diletakkan tempura disebut Tempura Udon dan Tempura Soba.
Kakiage adalah salah satu jenis tempura yang merupakan campuran berbagai jenis sayur seperti bawang bombay, daun mitsuba (Cryptotaenia japonica), dan wortel yang digoreng bersama potongan udang atau udang berukuran kecil. Tempura Chazuke (Tencha) adalah sebutan untuk makanan Jepang berupa nasi putih yang diatasnya diletakkan Kakiage, diberi sedikit wasabi kemudian disiram dashi dan air teh hijau.
Sejarah
Tempura bukan makanan asli Jepang. Menurut catatan yang bisa dipercaya, cara menggoreng dengan mencelup makanan dengan adonan tepung diperkenalkan oleh misionaris Katolik dari Portugis pada abad ke-16. Ada pendapat yang mengatakan kata "Tempura" berasal dari tradisi misionaris Portugis memakan makanan laut pada masa Pra-Paskah yang dalam bahasa Latin disebut ad tempora cuaresmae. Penjelasan lain mengatakan kata "Tempura" berasal dari bahasa Portugis temporas (masa suci), tempero (bumbu dapur), templo (kuil), atau tempora yang berasal dari bahasa Spanyol atau bahasa Italia.
Pada zaman Edo, tempura merupakan makanan rakyat yang dijual di kaki lima dengan harga terjangkau. Tempura yang digoreng dengan minyak goreng yang harganya mahal seperti minyak wijen dan minyak biji kapas kemudian menjadi menu yang disajikan restoran mahal di Tokyo dan Kyoto.
Pada awalnya, tempura adalah sebutan untuk masakan daerah Kyushu dan Okinawa yang digoreng dengan minyak goreng yang didatangkan dari luar Jepang. Sejak zaman dulu sebenarnya di Jepang sudah dikenal gorengan dari adonan ikan yang dilumatkan bercampur tepung yang disebut Satsuma-age. Tempura berupa gorengan makanan laut dan sayur-sayuran seperti yang dikenal sekarang ini baru dimulai sejak zaman Edo.
Tempura yang hanya terdiri dari sayur-sayuran disebut Shojin-age. Pada zaman Edo dikenal 2 jenis tempura berdasarkan bagian telur yang dipakai untuk adonan tepung, yaitu Kinpura (kuning telur saja) dan Ginpura (putih telur saja). Sebagian kecil penjual tempura yang kuat memegang tradisi masih mempertahankan kedua jenis tempura ini.
Masakan Tionghoa juga mengenal sejenis tempura yang ditulis menggunakan aksara Tionghoa 軟炸 di depan nama bahan makanan, misalnya 軟炸蝦仁 untuk tempura udang.
Variasi tempura
- Es krim tempura (es krim yang digoreng dengan adonan tempura)
- Umeboshi tempura (Umeboshi tanpa biji yang digoreng dengan adonan tempura)
- Momiji Tempura (kue kering berupa daun maple yang digoreng adonan tepung bercampur wijen dan gula, merupakan oleh-oleh dari air terjun Mino yang terdapat di kota Mino, Prefektur Osaka).
Serbaneka
- Shogun Tokugawa Ieyasu yang penggemar berat makan tempura dikabarkan meninggal akibat terlalu banyak makan tempura, walaupun ada penjelasan lain yang mengatakan sebab kematian adalah sakit perut akibat makan tempura ikan kakap.
- Dalam bahasa Jepang, kata Tempura juga mempunyai banyak arti negatif, seperti Tempura Gakusei (pelajar berseragam tapi berkelakuan tidak seperti anak sekolah) dan Tempura Hosō (jalan yang diaspal secara tambal sulam).
Teppanyaki
Teppanyaki (鉄板焼き , panggang plat besi) adalah salah satu cara memasak makanan Jepang di atas plat besi (teppan). Selain itu, teppanyaki bisa berarti rumah makan Jepang yang menyediakan tempat duduk dengan meja berbentuk kounter, sedangkan plat besi dipakai juru masak untuk memasak makanan.
Tebal plat besi yang dipakai sebagai alat masak antara 0,3 cm hingga 1,5 cm. Di bawah plat besi terdapat kompor gas dengan pengontrol temperatur atau besar kecilnya api. Masakan yang dimasak di atas teppan, misalnya: steak, okonomiyaki, monjayaki, yakisoba, dan berbagai variasi masakan dari sayur-sayuran, daging, atau makanan laut.
Sejarah
Sampai di awal zaman Showa, orang Jepang umumnya hanya mengenal anglo dari tanah liat yang disebut shichirin dengan bahan bakar arang kayu. Sebelum Perang Dunia II, besi masih merupakan benda langka di Jepang. Seusai perang, pedagang makanan di pasar gelap dan pedagang kaki lima memulai penggunaan plat besi sisa-sisa bekas perang sebagai alat masak.
Di zaman sekarang, hotplate listrik sudah merupakan barang yang lumrah di Jepang. Walaupun demikian, cara memasak teppanyaki tidak begitu meluas di kalangan rumah tangga. Panas yang dihasilkan hotplate dianggap kurang panas, dan masakan yang dihasilkan masih kurang enak dibandingkan dengan plat besi yang dimiliki rumah makan teppanyaki. Di kalangan rakyat Jepang, teppanyaki lebih populer sebagai cara memasak di alam terbuka, sewaktu berkemah dan sewaktu penyelenggaraan matsuri.
Teppanyaki adalah masakan Jepang yang sangat populer di luar Jepang berkat rumah makan teppanyaki seperti Benihana dan Shogun. Juru masak mempertontonkan keterampilan dalam memasak daging steak di atas teppan dengan pengunjung yang duduk di kounter seperti di rumah makan sushi. Penyajian hidangan gaya "teppanyaki" dimulai rumah makan Misono asal Kobe yang menyajikan masakan bistik langsung di hadapan pengunjung. Juru masak memanggang daging steak dengan gaya setengah berakrobat yang ternyata lebih disukai pengunjung restoran di luar Jepang. Bawang bombay yang diiris-iris dan ditumpuk untuk membentuk Gunung Fuji dan api dinyalakan supaya keluar asap seperti gunung berapi.
Di Jepang, rumah makan teppanyaki seperti rumah makan Misono merupakan salah satu tujuan wisatawan dari luar negeri. Lebih dari sekadar menikmati masakan teppanyaki, wisatawan datang untuk menyaksikan atraksi masak yang dipertunjukkan juru masak.
Tebal plat besi
Ketebalan plat besi bergantung pada jenis masakan yang ingin dibuat. Okonomiyaki yang perlu waktu memasak lebih lama memerlukan plat besi yang lebih tebal. Sementara itu, plat besi yang tipis digunakan untuk menumis sayur-sayuran seperti kol dan tauge dengan api besar dalam waktu singkat.
Pekerja bangunan sering menggunakan sisa potongan plat besi bekas bangunan untuk memasak teppanyaki. Sebelum plat besi bisa digunakan untuk memasak, plat besi sebelumnya harus dicuci dan digosok hingga licin. Setelah bersih, plat besi dipanaskan dan dilap dengan handuk sampai kering.
Teriyaki
Teriyaki (照り焼き, てりやき ) adalah cara memasak makanan Jepang yang dipanaskan atau dipanggang di atas wajan atau kisi-kisi dari besi untuk memanggang dengan menggunakan saus teriyaki (tare). Saus teriyaki dibuat dari kecap asin (shōyu), sake untuk memasak, dan gula pasir dengan takaran 1:1:1.
Kata teriyaki berasal dari kata teri yang artinya bersinar (karena mengandung gula), dan kata yaki yang artinya dibakar atau dipanggang. Sewaktu sedang membuat teriyaki, bahan-bahan makanan yang akan dipanggang dicelupkan dan diolesi dengan saus teriyaki sampai beberapa kali hingga betul-betul masak. Di Jepang, bahan yang banyak dipakai pada masakan teriyaki adalah ikan (salem, tongkol, mackarel, trout, marlin), sedangkan di luar Jepang digunakan berbagai jenis daging (ayam, sapi, babi), atau cumi-cumi maupun bahan dari ubi konnyaku.
Tahu
| Tahu | |||
|---|---|---|---|
| Tahu | |||
| Nama Tionghoa | |||
| Hanzi tradisional: | 荳腐 atau 豆腐 | ||
| Hanzi sederhana: | 豆腐 | ||
| Pinyin: | dòufu | ||
| Makna literal: | dadih kacang | ||
| |||
| Nama Filipina | |||
| Tagalog: | tokwa[1][2] | ||
| Nama Jepang | |||
| Kanji: | 豆腐 | ||
| Hiragana: | とうふ | ||
| |||
| Nama Korea | |||
| Hangul: | 두부 | ||
| Hanja: | 豆腐 | ||
| |||
| Nama Melayu | |||
| Melayu: | tauhu | ||
| Nama Tamil | |||
| Tamil: | tahu | ||
| Nama Thai | |||
| Thai: | เต้าหู้ (IPA: tâohûː) | ||
| Nama Vietnam | |||
| Vietnam: | đậu phụ atau đậu hũ atau tàu hũ | ||
| Nama Khmer | |||
| Khmer: | តៅហ៊ូ | ||
| Nama Indonesia | |||
| Indonesia: | tahu | ||
Tahu adalah makanan yang dibuat dari kacang kedelai yang difermentasikan dan diambil sarinya. Berbeda dengan tempe yang asli dari Indonesia, tahu berasal dari Cina, seperti halnya kecap, tauco, bakpau, dan bakso. Tahu adalah kata serapan dari bahasa Hokkian (tauhu) (Hanzi: 豆腐, hanyu pinyin: doufu) yang secara harfiah berarti "kedelai yang difermentasi". Tahu pertama kali muncul di Tiongkok sejak zaman Dinasti Han sekitar 2200 tahun lalu. Penemunya adalah Liu An (Hanzi: 劉安) yang merupakan seorang bangsawan, cucu dari Kaisar Han Gaozu, Liu Bang yang mendirikan Dinasti Han.
Di Jepang dikenal dengan nama tofu. Dibawa para perantau China, makanan ini menyebar ke Asia Timur dan Asia Tenggara, lalu juga akhirnya ke seluruh dunia.
Sebagaimana tempe, tahu dikenal sebagai makanan rakyat. Beraneka ragam jenis tahu yang ada di Indonesia umumnya dikenal dengan tempat pembuatannya, misalnya tahu Sumedang dan tahu Kediri.
Aneka makanan dari tahu antara lain tahu bacem, tahu bakso, tahu isi (tahu bunting), tahu campur, perkedel tahu, kerupuk tahu, dan lain-lain.
Udon
Udon (うどん,饂飩 ) adalah salah satu jenis mi yang sudah dikenal di Jepang sejak dulu, dibuat dari tepung terigu dan berbentuk tebal serta agak lebar.
Definisi
Sesuai standar JAS, udon berbentuk bulat seperti pipa harus berdiameter di atas 1,7 mm, sedangkan udon berbentuk pipih harus memiliki lebar di atas 1,7 mm. Hiyamugi terlihat mirip dengan udon namun lebih langsing. Hiyamugi mempunyai diameter 1,2-1,7 mm dan ketebalan 1,0-2,0 mm. Selain disebut Hiyamugi, udon yang langsing juga disebut Hosoudon.
Tepung terigu berprotein sedang atau rendah diulen dengan air dan sedikit garam untuk membuat adonan udon. Setelah adonan dipotong-potong, udon bisa langsung direbus. Udon rebus biasanya dimakan bersama kuah yang dibuat dari dashi dengan tambahan kecap asin yang disebut tsuyu. Di Jepang bagian barat, kuah udon berwarna coklat muda hampir bening karena memakai kecap asin encer (usukuchi shōyu). Sedangkan di Jepang bagian timur, kuah udon berwarna gelap hampir hitam karena memakai kecap asin kental (koikuchi shōyu).
Di Jepang, udon merupakan makanan rakyat, berharga murah dan banyak dimakan sebagai pengganti nasi. Orang Jepang sejak dulu sudah akrab dengan udon dan sering dimakan beramai-ramai sewaktu ada keramaian atau perayaan. Variasi cara memasak dan jenis lauk yang digunakan berbeda-beda bergantung pada daerahnya di Jepang.
Sejarah
Di zaman kuno, udon dilafalkan sebagai "undon". Konon orang Jepang mengenalnya di abad pertengahan sebagai makanan asal Tiongkok. Sampai sekarang, pangsit (wonton) dalam dialek Wu ditulis sebagai 餛飩 dan dibaca sebagai undon.
Dalam kitab Engishiki, "undon" diperkenalkan sebagai salah satu jenis makanan dari dinasti Tang. Tapi "undon" zaman itu mungkin lebih dekat dengan pangsit, karena berupa daging dibungkus lembaran tepung yang digilas tipis.
Udon yang dikenal sekarang ini dulunya disebut Kirimugi, dan baru disebut "udon" sejak zaman Edo. Pada waktu itu, "udon" adalah nama untuk sejenis masakan berupa kirimugi yang dimakan dengan kuah hangat, atau didinginkan dengan air es setelah direbus.
Udon di berbagai daerah
Menurut pembagian yang dibuat orang awam, udon identik dengan Jepang bagian barat sedangkan soba identik dengan Jepang bagian timur. Pembagian model ini tidak sepenuhnya benar, banyak wilayah di Jepang bagian timur yang sekaligus mengenal soba dan udon.
Udon sudah dikenal luas penduduk Edo sejak zaman Edo. Di paruh pertama zaman Edo, soba berbentuk mi belum dikenal. Ketika orang masih menikmati tepung soba dalam bentuk Sobagaki, udon sudah merupakan mi yang populer. Tapi setelah dikenal mi dari soba yang kepopulerannya diangkat rumah makan khusus soba (sobaya), udon tidak lagi merupakan makanan populer di Edo.
Di Tokyo dan sekitarnya, rumah makan khusus udon memang tidak banyak dijumpai dibandingkan di daerah Kansai. Sebaliknya di daerah Kansai hampir sulit ditemui rumah makan khusus soba. Di dalam menu penjual udon di daerah Kansai biasanya juga tersedia soba. Selain itu, rumah makan yang menyediakan soba sering menyebut dirinya rumah makan udon.
Kepopuleran Sanuki udon di tahun 2000 sempat membuka peluang bagi ekspansi restoran udon model waralaba di wilayah Kanto. Sayangnya, sejak tahun 2004 minat orang terhadap Sanuki udon terlihat cenderung menurun. Di daerah asal Sanuki udon di Prefektur Kagawa, hanya ada sedikit penjual udon yang mau memasukkan soba ke dalam menu.
Kuah
Kuah udon di daerah Kanto berbeda dengan kuah udon di daerah Kansai. Di daerah Kanto, kuah berwarna gelap dan terasa lebih asin. Sedangkan di daerah Kansai, kuah nyaris bening dan tidak asin.
Di daerah Kanto, kuah udon secara umum dibuat berdasarkan takaran untuk membuat kuah soba. Kuah udon ala Kanto dibuat dari campuran dashi dan kaeshi (mirin dan gula yang dimasak bersama kecap asin). Di daerah Kansai, kuah udon berupa dashi yang dibuat dari campuran berbagai bahan seperti: kombu, sababushi, katsuobushi, shiitake, dan niboshi yang sudah sedikit digongseng. Ditambah kecap asin encer yang warnanya tidak terlalu gelap, kuah udon yang dihasilkan berwarna hampir bening.
Kuah udon di daerah Kanto sering dianggap terlalu asin bagi orang Kansai, bahkan dari cuma melihatnya saja. Orang asal Kansai sering tidak mau makan udon ala Kanto yang kuahnya berwarna gelap hingga dasar mangkok menjadi tidak kelihatan. Asin atau tidak asin sebenarnya tidak bisa ditentukan dari warna kuah. Kecap asin kental yang digunakan di daerah Kanto hanya memiliki aroma dan warna yang lebih pekat. Sedangkan kadar garam yang dikandung kira-kira hampir sama dengan kecap asin encer di daerah Kansai.
Sebagai jalan tengah, rumah makan udon di daerah Kanto perlu menuliskan udon yang dijualnya sebagai ala Kansai atau ala Kanto. Prefektur Shiga, Prefektur Gifu, Prefektur Aichi, dan Prefektur Shizuoka sering dipakai orang sebagai garis batas yang memisahkan udon ala Kansai dan udon ala Kanto. Di tempat-tempat tersebut bisa ditemui udon dalam dua versi.
Pembagian udon ala Kanto dan ala Kansai bisa juga ditemui di kios-kios penjual mi soba yang ada di dalam stasiun JR sepanjang jalur utama Tokaido. Kuah yang digunakan penjual soba di stasiun kereta api JR mulai dari stasiun Sekigahara ke arah timur, seperti Nagoya dan Gifu adalah kuah kental ala Kanto. Sebaliknya, penjual soba dari stasiun Sekigahara ke arah barat semuanya menggunakan kuah encer ala Kansai.
[sunting] Jenis-jenis udon
Berdasarkan bentuk
- Udon tebal (futo udon)
- Udon tipis (hoso udon)
- Udon kecil-kecil (himokawa udon)
Berdasarkan cara pembuatan
- Teuchi (udon buatan tangan)
- Adonan udon digilas tipis dan dipotong memakai pisau secara manual. Disebut juga Teuchi Udon, dan banyak ditawarkan rumah makan udon kelas menengah hingga kelas atas.
- Kikaiuchi (udon buatan mesin)
- Dibuat di pabrik dengan mesin otomatis sehingga harganya murah. Sebagian besar udon yang dijual di Jepang merupakan produksi pabrik.
- Tenobe (udon yang dilebarkan dengan tangan)
- Udon jenis ini termasuk langka, dibuat dengan cara menarik-narik adonan dan melipatnya berkali-kali dengan menggunakan dua batang kayu atau sumpit panjang. Cara ini mirip dengan teknik pembuatan somen atau mi tradisional Tiongkok.
Berdasarkan bentuk fisik
- Tama udon (udon bundar)
- Udon mentah yang baru jadi direbus dengan air mendidih selama 1 menit. Setelah itu udon diangkat dan dibundarkan. Sebelum dimakan, udon masih harus direbus kembali dan ditiriskan. Udon jenis ini masih banyak mengandung air dan tidak tahan lama disimpan. Tama udon yang dimasukkan ke dalam kantong plastik disebut Yude udon (udon rebus) dan banyak dijual di pasar-pasar swalayan di Jepang.
- Nama udon (udon segar)
- Udon yang baru jadi, ditaburi tepung dan dibungkus. Udon segar biasanya lebih enak dari jenis udon lainnya, tapi tidak tahan lama disimpan. Selama belum direbus, tepung terigu yang dikandung udon terus mengalami proses pematangan. Udon segar harus segera dimasak karena cuma tahan beberapa hari saja. Sebelum dihidangkan, udon segar harus direbus dan ditiriskan airnya.
- Hoshi udon (udon kering)
- Udon yang dijadikan udon kering biasanya adalah hoso udon (udon tipis). Setelah jadi, udon dilipat sama panjang, berbentuk persegi empat dengan panjang sekitar 20 cm dan dikeringkan. Udon kering bisa tahan lama disimpan dan sebelum dimakan harus direbus terlebih dulu. Dibandingkan dengan udon segar, udon yang sudah dikeringkan rasanya tidak begitu enak. Udon jenis ini sering digunakan untuk membuat udon goreng yang disebut Yakiudon.
- Reitō udon (udon beku)
- Setelah direbus dengan air mendidih, udon langsung dibekukan. Jenis udon segar yang dibekukan tanpa direbus lebih dulu disebut Reitonama udon (udon segar beku). Air yang terkandung di dalam berbagai jenis mi akan mengembang bila dibekukan. Susunan molekul tepung terpecah-pecah sehingga rasa mi menjadi kurang enak. Agar udon beku yang sudah direbus bisa kenyal kembali, produsen udon sering menambahkan tapioka atau zat tepung yang lain.
- Udon instan
- Udon instan yang dijual dalam kemasan mangkok biasanya sudah digoreng dengan minyak atau mengalami proses freeze drying. Udon instan tahan lama dan bisa langsung dimakan setelah diseduh air panas. Udon instan yang tidak digoreng tapi dikeringkan dengan hembusan udara panas sering dianggap lebih enak.
Berdasarkan cara masak
Udon yang disajikan panas-panas
- Udon rebus
- Setelah direbus dan ditiriskan, udon diletakkan di dalam mangkok dan diberi kuah yang panas. Di atasnya lalu diberi berbagai macam lauk. Di daerah Kanto, udon rebus yang di atasnya tidak diberi apa-apa disebut Kakeudon, sedangkan di daerah Kansai disebut Su-udon.
- Udon kuah yang tidak diberi apa-apa merupakan cara menikmati udon yang paling umum di daerah Kansai. Udon yang lebih lunak lebih disukai di daerah Kansai, karena bisa menyerap kuah lebih banyak. Tapi di daerah Kansai juga terdapat banyak rumah makan Sanuki udon yang menyajikan udon yang lebih kenyal.
- Udon yang sudah direbus tidak ditiriskan dulu dan langsung disajikan di dalam pancinya yang disebut "kama". Udon dimakan sesuap demi sesuap dengan sumpit setelah sebelumnya dicelupkan dalam kuah yang ada di mangkok terpisah.
- Bukkake udon
- Setelah direbus, udon dicuci sekali dengan air dingin untuk menghilangkan lendir yang tersisa. Disajikan sewaktu masih hangat atau didinginkan lebih dulu. Udon disajikan di dalam mangkok dengan sedikit kuah kental yang dibuat dari dashi kombu dan kecap asin. Sebelum dimakan, udon perlu diaduk-aduk lebih dulu. Di atasnya sering dihias dengan telur puyuh mentah dan katsuobushi.
- Nikomi udon
- Udon yang dihidangkan di hotpot (mangkuk tanah liat) merupakan makanan musim dingin. Secara umum di Jepang dikenal sebagai Nabeyaki udon. Prefektur Aichi terkenal masakan udon bernama Misonikomi udon. Udon yang sudah direbus, digodok kembali di dalam kuah miso (hatchō miso) yang kental hingga rasa miso menyerap ke dalam udon dan dihidangkan panas-panas.
Udon yang disajikan dingin
- Hiyashi udon
- Udon yang sudah direbus, didinginkan dulu dengan air es. Udon disajikan di dalam mangkok dan dituangi saus (tsuyu) yang juga dingin. Hiyashi udon merupakan makanan di musim panas. Dihidangkan bersama penyedap seperti daun bawang, parutan jahe, wijen, atau myōga.
- Zaru udon
- Udon yang sudah direbus, didinginkan dengan air es dan ditiriskan. Udon disajikan di atas nampan kecil dari bambu (zaru), sama seperti menghidangkan makanan yang disebut zarusoba. Sama seperti Hiyashi udon yang dinikmati di musim panas, zaru udon dimakan sesuap demi sesuap dengan sumpit setelah dicelupkan ke dalam kuah yang ada di mangkok terpisah.
- Bukkake udon
- Udon yang sudah didinginkan dengan air es dihidangkan di dalam mangkuk bersama saus (tsuyu) yang juga dingin. Di atasnya diletakkan berbagai macam gorengan (tempura) atau dimakan bersama parutan lobak.
- Sarada udon (selada udon)
- Udon dingin diletakkan di atas berbagai macam sayur-sayuran seperti ketimun, daun selada, dan tomat. Saus untuk selada (dressing) bisa berupa mayones atau campuran cuka dan kecap asin dengan rasa wijen.
Cara makan yang lain
- Sebagai pengganti mi, udon dimasak seperti Yakisoba. Cara masak udon seperti ini baru dikenal sejak tahun 1970-an.
- Age udon
- Udon segar dipotong-potong sama panjang dan digoreng seperti french fries. Dimakan sebagai makanan ringan dengan taburan garam sewaktu minum bir.
Berdasarkan lauk
Su-udon (Kakeudon)
Udon setelah direbus diberi kuah dan dimakan tanpa lauk selain irisan daun bawang. Su-udon merupakan cara menikmati udon yang paling sederhana. Warna kuah Su-udon berbeda antara versi Kansai dan Kanto.
Kayaku udon
Kayaku udon adalah udon dengan berbagai macam lauk yang diletakkan di atasnya. Di daerah Kansai, "kayaku" berarti lauk tapi istilah ini mungkin tidak dimengerti orang di daerah Kanto yang menyebut lauk sebagai "tanemono". Di beberapa tempat di Jepang bagian barat, udon jenis ini dikenal sebagai "Okame udon," dengan lauk seperti naruto (irisan bakso ikan dengan sedikit warna merah jambu), spinacia dan daging ayam.
Kitsune udon
Aburage yang dimasak manis dengan kecap asin dan gula diletakkan di atas udon kuah. Kitsune udon merupakan makanan populer di daerah Kansai. Di beberapa daerah, udon kuah dengan aburage dikenal juga sebagai Tanuki udon.
Tsukimi udon
Udon diletakkan di dalam mangkuk, di atasnya diletakkan telur mentah dan disirim dengan kuah dashi yang panas. Dalam bahasa Jepang, "tsukimi" berarti "melihat bulan", putih telur yang terkena kuah panas terlihat seperti awan dan kuning telur pada udon terlihat bulat seperti bulan.
Tempura udon
Udon kuah yang di atasnya diberi tempura (udang atau cumi-cumi) dan kakiage.
Tanuki udon dan Haikara udon
Di daerah Kanto, udon kuah dengan taburan tenkasu disebut Tanuki udon. Di daerah Kansai, hidangan yang sama disebut Haikara udon, sedangkan di Kyoto, Tanuki udon berarti udon kuah yang diatasnya diberi irisan aburage.
Kare udon
Kuah dibuat dari dashi ditambah bubuk kare dan sedikit dikentalkan dengan tambahan tepung. Daging yang digunakan adalah daging sapi.
Kare udon baru dikenal pada zaman Meiji, mulanya dianggap orang sebagai makanan luar biasa aneh. Tapi sekarang hampir semua penjual udon di Jepang menyediakan kare udon.
Kare udon sering tidak disukai orang karena mengotori baju sewaktu dimakan. Udon yang licin sulit diangkat dengan sumpit dan udon yang jatuh mencipratkan kuah kare ke baju. Celemek sering disediakan rumah makan udon untuk tamu yang takut bajunya kotor akibat makan kare udon.
Niku udon
Udon kuah dengan lauk daging sapi yang dimasak dengan kecap asin. Di daerah Kanto, daging yang dipakai adalah daging babi.
Chikara udon
Chikara udon berarti "udon tenaga," berupa udon kuah dengan tambahan mochi di atasnya.
Shippoku udon
Udon kuah khas Kyoto dengan jamur shiitake yang sudah dimasak dengan kecap asin, kamaboko, dan fu.
Ankake udon
Udon dengan kuah yang dikentalkan dengan tepung. Udon jenis ini sering dijumpai di Kyoto dan dimakan bersama penyedap irisan daun bawang dan parutan jahe.
Penyedap
Udon biasanya dimakan bersama irisan daun bawang. Jenis daun bawang yang digunakan juga berbeda antara daerah Kansai dan daerah Kanto.
Sampai pertengahan zaman Edo, udon juga sering dimakan dengan merica. Selain itu, udon sering diberi taburan bubuk cabai (ichimi togarashi), bubuk cabai bercampur berbagai rempah (hichimi togarashi), dan parutan jahe.
Masakan udon berbagai daerah
Di berbagai daerah di Jepang terdapat banyak sekali variasi masakan udon, dan beberapa di antaranya yang terkenal:
- Bei kare udon dari kota Bei di Hokkaido
- Inaniwa udon dari Prefektur Akita.
- Ise udon dengan kuah kental berwarna gelap dari Prefektur Mie
- Kishimen udon dengan udon berbentuk pipih dari daerah Nagoya
- Sanuki udon yang tebal dan kenyal dari Prefektur Kagawa
- Hoto udon yang pipih dan lebar dari Prefektur Yamanashi
- Dangojiru dari Prefektur Ōita, mirip dengan Hoto udon
Wasabi
| ?Wasabi | ||||||||||||||
|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Wasabi (lukisan Iwasaki Kanen, 1828) | ||||||||||||||
| Klasifikasi ilmiah | ||||||||||||||
| ||||||||||||||
| Nama binomial | ||||||||||||||
| Wasabia japonica Matsum. |
Wasabi (わさび atau 山葵 )(Wasabia japonica, sinonim: Eutrema japonica, bahasa Inggris: Japanese Horseradish) adalah tanaman asli Jepang dari suku kubis-kubisan (Brassicaceae). Parutan rimpang (rizoma) yang juga disebut wasabi, dimakan sebagai penyedap masakan Jepang, seperti sashimi, sushi, soba, dan ochazuke. Daun, tangkai, dan rizoma memiliki aroma harum, sekaligus rasa tajam menyengat hingga ke hidung seperti mustar, tapi bukan pedas di lidah seperti cabai.
Unsur kimia yang menjadikan wasabi memiliki rasa menyengat (pedas) adalah isotiosianat (6-methylthiohexyl isothiocyanate, 7-methylthioheptyl isothiocyanate, dan 8-methylthiooctyl isothiocyanate).[1]. Senyawa ini bersifat antimikroba yang menghambat pertumbuhan bakteri, sehingga irisan ikan segar selalu dimakan bersama wasabi.
Pemerian
Di alam bebas, tanaman hanya tumbuh liar daerah beriklim sejuk, di lembah pinggiran sungai atau di tengah air bersih yang mengalir perlahan-lahan. Di Jepang, wasabi tumbuh liar di sepanjang aliran sungai yang bersih dan sejuk (10-17℃) di daerah pegunungan pulau Honshu, Kyushu, dan Shikoku.
Tanaman herba tahunan, seluruh bagian tanaman memiliki aroma harum sekaligus rasa pedas menyengat bila dimakan. Rizoma berwarna hijau terang, berbentuk bulat panjang dan mengecil di bagian bawah. Daun keluar langsung dari bagian rizoma, tangkai agak panjang dan tumbuh ke atas dengan daun yang melebar. Daun berbentuk seperti jantung, diameter sekitar 10 cm. Di musim semi, dari rizoma keluar tangkai untuk bunga, letak daun bersilangan, dan ukuran daun lebih kecil dari daun yang keluar langsung dari rizoma. Bunga keluar di ujung tangkai, mekar di akhir bulan Februari-Maret, berwarna putih, daun mahkota 4 helai, dan mekar tidak secara berturut-turut.
Sejarah
Budidaya wasabi dimulai sekitar tahun 1596-1615[2] di hulu Sungai Abe, Utōgi, Prefektur Shizuoka. Pada waktu itu, penduduk desa Utōgi mencabut wasabi yang tumbuh liar dan memindahkannya ke lahan di sekitar mata air yang terletak di Idōgashira. Budidaya wasabi di Idōgashira menjadi usaha budidaya wasabi yang pertama di Jepang. Hasilnya dipersembahkan kepada Tokugawa Ieyasu yang tinggal di Istana Sumpu. Menurut cerita, Ieyasu sangat menyukai rasa wasabi hadiah penduduk desa, dan begitu gembira dengan bentuk daun wasabi yang mirip lambang keluarga klan Tokugawa. Menurut cerita lain, penyebaran wasabi ke seluruh Jepang dimulai di pertengahan zaman Edo dari bibit tanaman wasabi yang diterima Itagaki Kanshirō setelah mengajarkan budidaya shiitake kepada penduduk Utōgi.[3]
Budidaya
Berdasarkan tempat penanaman, wasabi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis, wasabi air (sawa wasabi) yang ditanam di anak sungai (bahasa Jepang: sawa), dan wasabi ladang (hatake wasabi) yang ditanam di ladang. Wasabi ladang bisa dipanen setelah berumur 18 bulan. Daun, tangkai, dan rizoma wasabi ladang dicampur dengan ampas beras hasil perasan sake. Hasilnya makanan olahan yang disebut wasabizuke untuk teman makan nasi, rasanya asin, manis, dan pedas menyengat. Wasabi air ditanam untuk diambil bagian rizoma yang dimakan mentah setelah diparut. Budidaya kecil-kecilan wasabi di saluran air dan anak sungai sering dijumpai di kawasan pegunungan di Jepang. Wasabi air perlu air yang bersih dan sejuk di tanah berpasir yang kaya hara. Dalam kondisi penanaman yang ideal, pupuk seperti pupuk kandang tidak diperlukan karena air menjadi kotor.
Wasabi air hasil budidaya memiliki rizoma yang lebih besar dibandingkan wasabi ladang atau wasabi liar. Rizoma mengeluarkan Allyl isothiocyanate yang bersifat antimikroba, sehingga tanah di sekitarnya bebas mikroba. Tanaman tidak bisa menjadi besar karena di tanah sekeliling tempat tumbuhnya tidak terdapat mikroba yang dapat menyuburkan tanah. Selain itu, wasabi perlu tumbuh di aliran air yang bersih dan bening supaya Allyl isothiocyanate ikut terbawa bersama air, dan tanaman tidak ikut teracuni. Rizoma wasabi air bisa menjadi besar bila semua kondisi terpenuhi.
Panen wasabi tidak mengenal musim dan bisa dipanen kapan saja. Tanaman siap panen setelah 3-4 tahun, dan akar yang dapat dipanen sedikit, sehingga wasabi terutama wasabi segar berharga mahal. Hanya ada sedikit tempat yang cocok dijadikan sentra produksi di Jepang:
- Semenanjung Izu (Prefektur Shizuoka)
- Prefektur Nagano
- Prefektur Shimane
- Prefektur Yamanashi
- Prefektur Iwate.
Produksi dalam negeri tidak pernah mencukupi dan wasabi berharga mahal, sehingga Jepang perlu mengimpor sejumlah besar wasabi dari daratan Tiongkok, Taiwan, dan Selandia Baru.
Penggunaan
Selain wasabi segar, di pasaran tersedia bubuk wasabi dalam bubuk wasabi kemasan kaleng, dan wasabi kemasan tube. Di Jepang, daun dan bunga wasabi digoreng sebagai tempura, dan wasabi digunakan sebagai perasa untuk berbagai produk makanan ringan hingga es krim.
Rozima wasabi diparut dengan alat parut dari logam (oroshigane). Walaupun demikian, sebagian kecil orang berpendapat aroma wasabi tidak hilang dan terasa lebih enak bila diparut dengan alat parut tradisional dari kulit ikan hiu. Wasabi hanya diparut seperlunya saja sebelum dimakan, karena aroma wasabi hilang di udara terbuka. Rasa pedas hingga keluar air mata merupakan kenikmatan tersendiri bagi penikmat wasabi. Anak-anak yang belum terbiasa, biasanya memakan sushi yang tidak diberi wasabi (bahasa Jepang: sabinuki).
Rizoma wasabi berharga mahal dan metode pengawetannya sulit, sehingga bubuk wasabi dan pasta wasabi dalam tube digunakan sebagai pengganti. Bubuk wasabi dan wasabi dalam tube sering dibuat dari bahan pengganti berupa lobak, dicampur rizoma Armoracia rusticana (bahasa Inggris: horseradish), dan bahan pewarna makanan. Bubuk wasabi kemasan kaleng dicampur dengan air untuk menghasilkan pasta wasabi yang siap santap.
Komposisi bubuk wasabi dan wasabi tube bergantung kepada merek dan produsen. Bila produk mengandung kadar wasabi asli lebih dari 50%, maka di kemasannya ditulis, Hon Wasabi (wasabi asli) atau Hon wasabi shiyō (本わさび使用 , Menggunakan wasabi asli). Definisi "wasabi asli" bisa berarti bagian rizoma atau bagian lain dari tumbuhan (daun dan tangkai). Bila pasta wasabi mengandung kurang wasabi kurang dari 50%, maka pada kemasan ditulis sebagai Hon wasabi iri (本わさび入り , Mengandung wasabi asli).
Yakisoba
Yakisoba (ソース焼きそば sōsu yakisoba, soba goreng saus) adalah masakan mi goreng Jepang dengan bahan mi, kol, sayur-sayuran dan daging, ditambah bumbu saus uster atau saus yakisoba.
Bahan lain yang ditambahkan pada yakisoba misalnya bawang bombay, wortel, benishōga (acar jahe), tenkasu, udang kering, bubuk katsuobushi, aonori (bisa juga potongan nori) dan mayones sebagai penyedap. Merica dan garam hanya dipakai untuk membumbui daging sebelum digoreng.
Walaupun bernama yakisoba (soba goreng), yakisoba memakai mi yang sudah dikukus matang dari bahan tepung terigu, dan bukan soba yang dibuat seperti mi goreng. Yakisoba bisa dimakan begitu saja atau sebagai lauk.
Asal-usul
Yakisoba merupakan makanan rakyat yang umum dijumpai di hampir semua tempat di Jepang. Asalnya dari mi goreng ala Tionghoa, Chow Mein yang disesuaikan dengan selera lokal. Makanan ini mulai dijual di pasar gelap seusai Perang Dunia II. Yakisoba kemudian banyak dijual di kios makanan dan minuman yang ada di pantai dan populer sebagai makanan sehabis berenang. Selanjutnya, yakisoba mulai dijual di kios kaki lima sewaktu ada keramaian atau matsuri dan populer hingga sekarang.
Yakisoba instan
Di Jepang, yakisoba instan terdapat dalam 2 jenis kemasan, kemasan kantong plastik dan kemasan mangkuk.
Kemasan plastik
Panci atau wajan berisi air mendidih diperlukan untuk memasak yakisoba instan kemasan plastik. Bahan-bahan penyerta seperti bubuk saus dan aonori dimasukkan ke dalam mi setelah air terserap dan hanya sedikit air yang tertinggal. Yakisoba instan diciptakan peneliti di perusahaan Nissin yang memasak mi instan di wajan sampai airnya habis.
Yakisoba dalam kemasan kantong plastik dianggap tidak praktis dan kalah populer dibandingkan kemasan mangkuk. Di Jepang hanya sedikit produsen mi instan yang masih memproduksi yakisoba kemasan plastik.
Kemasan mangkuk
Sayur-sayuran dan daging kering hasil pengeringan (freeze drying) dikemas bersama mi dalam mangkuk berbahan styrofoam. Setelah air panas dituangkan, mangkuk ditutup sambil menunggu mi matang selama 3-5 menit. Sisa air dibuang melalui lubang-lubang yang terdapat pada tutup mangkuk dan saus diaduk-aduk.
Beberapa produsen yakisoba instan yang terkenal di Jepang, misalnya: Nissin, Acecook, Toyo Suisan, dan Maruka Shokuhin. UFO adalah merek yakisoba instan produksi Nissin dengan pangsa pasar terbesar di Jepang. Selain itu, yakisoba UFO juga populer di luar negeri. Di Shanghai terdapat pabrik UFO untuk pasaran dalam negeri di Cina.
Konsumen mulanya sering kali menemui kesulitan dalam menyiapkan yakisoba instan kemasan mangkuk. Rasa mi menjadi hambar karena saus dicampurkan bersama air yang digunakan untuk menyeduh mi, atau saus dicampurkan tanpa membuang kelebihan air terlebih dulu. Selain itu, orang sering terkena cipratan air panas sewaktu membuang kelebihan air pada mi, dan mi sering tumpah akibat tutup mangkuk tidak sengaja terlepas. Myojo Foods sebenarnya pernah memproduksi yakisoba instan kemasan mangkuk yang lebih praktis, dan air yang berlebih sewaktu menyeduh mi tidak perlu dibuang, tapi mi menjadi lembek dan produksi tidak dilanjutkan karena kurang laku.
Produsen yakisoba instan sering menggunakan penemuan baru agar yakisoba instan menjadi mudah dinikmati. Mangkuk dari lembaran polystyrene dibuat dengan penutup yang dapat ditutup rapat, sedangkan tutup dari kertas yang dilaminasi kertas anti air digunakan pada mangkuk berbahan expanded polystyrene. Pada bagian tutup dibuat lubang-lubang untuk mengeluarkan kelebihan air dan dapat dibuka dengan cara melepas stiker yang menutupinya. Selain itu, peringatan tentang bahaya melepuh terkena air panas ditulis di bagian tutup mangkuk.
Di zaman sekarang, yakisoba instan kemasan mangkuk biasanya menggunakan saus berbentuk bubuk atau saus cair yang sangat kental. Kelebihan air pada mi dimanfaatkan sebagai pengencer saus agar mi tidak lembek karena terlalu banyak air.
Variasi yakisoba
- Di Jepang terdapat banyak variasi yakisoba yang disesuaikan dengan selera lokal, misalnya: Yokote Yakisoba (kota Yokote, Prefektur Akita), Ōtayakisoba (kota Ōta, Prefektur Gunma), dan Fujinomiya Yakisoba (kota Fujinomiya, Prefektur Shizuoka).
- Di Prefektur Niigata, Italian adalah sebutan untuk yakisoba dengan saus daging (meat sauce) yang sering digunakan untuk spaghetti.
- Di kota-kota pantai Prefektur Miyagi seperti Ushinomaki dan Kesennuma, mi untuk yakisoba berwarna hijau.
- Sobameshi adalah sebutan untuk yakisoba yang dibuat dengan campuran nasi putih dan diacak-acak agar mi menjadi potongan-potongan kecil.
Yakitori
Yakitori (bahasa Jepang: やきとり) adalah sate khas dari Jepang yang umumnya menggunakan daging ayam. Potongan daging, kulit, hati, jantung, dan hempela dipotong kecil ukuran sekali gigit, ditusuk dengan tusukan bambu, lalu dibakar dengan api arang atau gas.
Satu tusuk Yakitori umumnya hanya berisi satu jenis bagian ayam, misalnya satu tusuk Yakitori yang terdiri dari 3 sampai 5 potongan daging ayam tidak pernah dicampur dengan potongan hati atau jantung. Sebagai variasi, ada juga Yakitoriya yang mencampur potongan besar daun bawang dan jamur shiitake kedalam tusukan Yakitori. Ada juga Yakitori yang berupa Burung Gereja (Passer montanus) atau burung kecil lainnya dalam bentuk utuh tanpa dipotong-potong.
Restoran yang hanya menyediakan Yakitori yang disebut Yakitoriya (Tukang Yakitori). Izakaya (bar/restoran khas Jepang) juga banyak menyediakan Yakitori.
Ada Yakitori yang tidak berbumbu dan tidak bersaus melainkan hanya dimakan dengan taburan garam, tapi pada umumnya Yakitori yang sudah dibakar dicelupkan ke dalam saus (bahasa Jepang: tare) yang terbuat dari kecap asin, mirin, arak, dan gula sehingga Yakitori mempunyai rasa manis-manis asin.
Jenis-jenis Yakitori
- Daging saja
- Jantung
- Hati
- Rempela
- Tunggir
- Usus
- Seseri (daging sekitar leher)
- Tebasaki (bagian ujung sayap ayam)
- Tsukune (daging ayam cincang yang dibulatkan)
- Negima (kombinasi daging, daun bawang, daging, secara bergantian)
- Ikada (daun bawang saja yang ditusuk dengan dua buah tusukan sate)
- Matsuba (tulang di antara bagian dada dan leher ayam)
- Kappa (tulang muda ayam yang terdapat di bagian dada)
Juga tidak tertutup juga kemungkinan, tukang Yakitori menyediakan daging babi atau daging sapi sebagai Yakitori.
- Di kota Hakodate dan Muroran, Prefektur Hokkaido, yang dimaksudkan dengan Yakitori adalah bukan sate dari daging ayam melainkan dari daging babi. Di kota Muroran, Yakitori jenis Negima bukanlah menggunakan daun bawang, melainkan bawang bombay, dan dimakan bersama mustard.
- Di kota Bibai, bagian tengah Prefektur Hokkaido, Yakitori menggunakan daging ayam tetapi tidak dicelupkan ke saus dan hanya dibumbui dengan garam. Satu tusuk Yakitori juga bisa merupakan campuran dari daging ayam, kulit, dan tulang muda yang disebut Motsu.
- Kota Imabari di Prefektur Ehime, merupakan kota yang mempunyai jumlah tukang Yakitori terbanyak nomor dua di Jepang. Yakitori di kota Imabari tidak dibakar di atas arang atau gas, melainkan di atas hot plate (Teppan).

Tidak ada komentar:
Posting Komentar